REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Sebagai salah satu industri yang paling terpukul selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19), bisnis perjalanan dan pariwisata tengah mencari jawaban, serta solusi untuk masalah ini. Laporan Mastercard-Crescentrating Travel Readiness Report, yang diterbitkan pada pekan ini, mengungkap penyelidikan dampak wabah guna mengidentifikasi kesenjangan utama.
Dilansir di Borneo Bulletin, pengakuan kesenjangan tersebut, kemudian akan memungkinkan para pemangku kepentingan tersebut untuk mengumpulkan rencana aksi untuk masa depan industri perjalanan dan pariwisata. Laporan juga mengatakan ASEAN adalah salah satu kawasan paling ramah Muslim di dunia.
Diantara dua tujuan di ASEAN, yaitu Malaysia dan Indonesia adalah yang pertama bergabung dalam Mastercard-Crescentrating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Brunei Darussalam dan Singapura bersama dengan Malaysia dan Indonesia dari ASEAN menempati empat dari 10 tujuan peringkat teratas di GMTI.
Singapura secara konsisten berada di peringkat nomor satu di antara destinasi non-Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Kemudian Thailand berada di peringkat 18 secara keseluruhan dan kedua di antara kategori non-OKI.
Peringkat Filipina juga menanjak dalam beberapa tahun terakhir, sekarang di antara negara 10 tujuan non-OKI. Kekuatan ini memungkinkan destinasi ASEAN memposisikan kuat untuk menarik pasar Muslim ketika industri pariwisata dibuka kembali.
Wisatawan Muslim mewakili 21 persen dari pelancong domestik dan 43 persen dari wisatawan intra-ASEAN. Tingginya persentase wisatawan Muslim intra-ASEAN disebut karena pasar Muslim yang besar di Indonesia dan Malaysia yang kerap bepergian ke negara-negara tetangga atau di kawasan yang sama.
Dengan kekuatan sebagai salah satu kawasan ramah perjalanan Muslim di dunia, ASEAN dapat memanfaatkan segmen wisatawan ini melalui perjalanan intra-regional yang dibuka kembali.
https://borneobulletin.com.bn/2020/07/brunei-among-top-10-muslim-friendly-travel-destinations-2/