REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pengamat Halal, Anton Apriyantono mengatakan, himbauan untuk melakukan pemotongan hewan qurban di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) memang bagus. Namun Anton juga menyoroti kurang cepatnya pelayanan di RPH.
Menurutnya, selama proses pemotongan mandiri dilakukan sesuai prosedur maka tidak akan menimbulkan masalah. Dia juga menyebutkan kebiasaan mayoritas masyarakat yang lebih memilih penyembelihan hewan qurban mandiri dibanding menyerahkannya di RPH.
“Masalahnya, alternatif pemotongan di RPH juga banyak yang tidak terlayani karena antrean yang panjang,” ujar Anton kepada Republika.co.id, Ahad (2/8).
“Pemotongan mandiri, sepanjang mengikuti prosedur seharusnya tidak masalah,” tambahnya.
Dia juga menyarankan agar himbauan pemotongan qurban tidak hanya berpacu pada aspek teoritis namun juga mempertimbangkan realitas di masyarakat. Anton juga mengatakan, agar himbauan tersebut efektif, sebaiknya ditindaklanjuti dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Kalau hanya sekedar himbauan hanya sedikit yang patuh,” katanya.
“Di sisi lain penanganan juga harus mempertimbangkan sisi realitas. Jika terlalu idealis maka tidak akan dijalankan oleh masyarakat,” ujar Anton.
Prosedur pemotongan qurban, kata Anton tidak perlu dipersulit. Menurutnya, jika proses pemotongan dilakukan oleh tenaga ahli, dan mematuhi prosedur kesehatan yang berlaku, maka tidak akan timbul masalah yang berarti.
“Teknisnya harus dirumuskan para ahli, setelah itu boleh dilakukan pelatihan, masyarakat dilatih, menggunakan sistem TOT, dengan praktek, bukan sekedar teori,” sambungnya.
Sebelumnya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menilai tradisi berkurban perlu mendapatkan perhatian. Ia menawarkan konsep kurban berkeadaban sebagai alternatif atas tradisi berkurban yang dianggap kurang tepat.
Mu’ti menjelaskan, kurban berkeadaban adalah ibadah membangun jiwa kemanusiaan dan keadaban luhur. Menurutnya, perlu perubahan atas tradisi berkurban yang tidak mencerminkan keluhuran ajaran Islam.