REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penyelenggaraan Haji tahun 1441H/2020M dinilai sukses karena tidak ada jamaah terpapar Covid-19. Sukesnya penyelenggara haji tahun bisa menjadi sinyalemen umroh dapat segera dibuka oleh Kerajaan Arab Saudi (KSA).
Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (SAPUHI) Syam Rersfiadi meminta pemerintah menyiapkan prosedur kesehatan bagi jamaah Umroh mulai berangkat dari rumah sampai pulang kerumah lagi.
"Selanjutnya Travel tinggal membantu menyiapkan dan mengingatkan jamaah," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (4/8).
Syam Rersfiadi mengatakan, suksesnya haji 2020/1441H yang diselenggarkan KSA bukan berarti umroh sudah bisa diselenggarakan. KSA tentunya memiliki pertimbangan negara-negara mana saja yang boleh mengirimkan jamaah umrah.
"Semua mesti bisa dlihat dulu apakah negara yang akan mengirim umroh masih terjadi pandemi atau tidak. Jika masih tentunya akan sangat beresiko bagi KSA," katanya.
Namun kata Syam, jika KSA sudah siap dengan prosedur kesehatan yang ketat para penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) di Indonesia, pasti akan mengirimkan jamaah umroh. Dibukanya kembali visa umrah merupakan harapan bagi seluruh PPIU. "Kami sangat senang mengirim jamaah umroh ke KSA," katanya.
Pandemi Covid-19 telah membuat PPIU dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) mengalami masalah keuangan. Sementara ini yang bisa dilakukan pemiliki PPIU dan PIHK adalah bedoa agar Allah SWT memberikan jalan keluar dan keringanan dari segala kesulitan atas musibah Covid-19.
"Semoga Allah SWT menolong kita semua dalam menjalankan kehidupan di dunia ini walau masa pandemi masih panjang. Aminnn," katanya.
Menurut dia, di tengah pandemi ini semua pengusaha memang dituntut memiliki strategi agar pandemi tak membuat pengusaha umroh dan haji khusus bangkrut. Syam mengatakan, pandemi Covid-19 sangat mengganggu bisnis haji dan umroh.
Jika tak kuat modal travel haji umrah bisa bangkrut alias gulung tikar karena tidak ada jamaah yang diberangkatkan ke Makkah. "Yang tidak punya modal maka akan bangkrut dan tutup tanpa bisa melanjutkan usaha baru atau PPIU dan PIHK," katanya.
Syam mengatakan, setelah KSA menutup Makkah karena Covid-19 tidak ada penyelenggaraan umroh dan juga haji. Penutupan ini tentunya berdampak pada keuangan pemilik usaha di sektor penyelenggara umroh dan haji khusus.
Syam yang juga CEO Patuna Mekar Jaya mengatakan, selama tidak menjalankan usaha urmoh dan haji khusus, Patuna tetap memperkerjakan karyawannya. Beberapa pekerjaan yang masih bisa dikerjakan di antaranya merapikan data base para jamaah dan alumni jamaah Patuna.
Selanjutnya, membuat paket untuk setahun ke dapan tanpa harus booking dulu vendor-vendornya. Seperti airline hotel dan lain sebagainya terkait umroh dan haji khusus.
"Persiapkan pemilihan karyawan yang utama dulu dan bertahap dari pembukaan saat sesudah pandemi dan visa-visa negara luar terutama KSA dibuka," katanya.
Dia mengatakan, setelah semua selesai perencanaannya lakukan langkah-langkah untuk memulai bisnis lain yang masih laku di pasaran khususnya pasar lokal atau domestik.
"Dan semua tentunya perlu modal untuk memulai maka itu harus efisiensikan pengeluaran dari kantor PPIU dan PIHK agar bisa memulai bisnis baru," katanya.