REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Kerajaan Arab Saudi akan kembali membuka sekolah-sekolah mulai 30 Agustus mendatang. Keputusan ini menuai pro kontra di antara para orang tua siswa.
"Anak-anak, tidak akan peduli seberapa hati-hati para staf dan guru, mereka tidak bisa dikendalikan dan ini bisa menyebabkan penyebaran virus lebih buruk dari sebelumnya,” kata seorang ibu, Amal Turkistani, dilansir dari Arab News, Jumat (7/8).
Sebagian orang tua lain mengaku, lebih suka jika anaknya belajar jarak jauh. Sehingga menganggap pembukaan kembali sekolah di saat pandemi masih berlangsung menjadi mengkhawatirkan.
"Saya benar-benar tidak berpikir itu ide yang baik saat ini ketika dunia belum menemukan obatnya. Saya tidak yakin apakah saya akan membiarkan anak saya ke sekolah," ujar seorang ibu lain.
Seorang ibu yang lain, Reham Al-Mistadi, mengatakan bahwa anak-anak tidak memahami konsep jarak sosial dan tidak akan memperdulikan pentingnya menjaga jarak saat pandemi. Termasuk ketika diminta agar selalu menggunakan pembersih tangan, anak-anak justru akan asyik bermain dengan teman-tamannya.
"Guru juga akan kesulitan untuk mengontrol situasi karena anak suka berlari-lari dan bermain dengan anak lain. Pilihan terbaik adalah pendidikan jarak jauh, meskipun sulit bagi anak-anak pada tahap ini," ucapnya.
Menteri Pendidikan Arab Saudi Hamad bin Mohammed Al-Asheikh sebelumnya mengadakan pertemuan virtual dengan para direktur pendidikan di seluruh Kerajaan. Pertemuan dilakukan membahas persiapan untuk membuka kembali sekolah-sekolah.
Asheikh menyerukan agar sekolah-sekolah bisa segera menyiapkan fasilitas pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar. Ditambah dengan melengkapi sarana kebersihan sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus corona.
Arab Saudi telah menutup sekolah dan universitas sejak 9 Maret ketika pandemi COVID-19 terdeteksi masuk kerajaan. Sejak saat itu, pemerintah memutuskan untuk melakukan sistem pembelajaran jarak jauh.