Jumat 04 Sep 2020 20:23 WIB

Ketika Rasulullah SAW Naik Haji

Rasulullah SAW melaksanakan haji satu kali seumur hidupnya.

(ilustasi) naik haji.
Foto: Amr Nabil/AP Photo
(ilustasi) naik haji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seumur hidupnya, Nabi Muhammad SAW melakukan haji satu kali. Hal itu berdasarkan riwayat dari Jabir bin Abdullah, yang berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah tinggal di Madinah selama sembilan tahun, tetapi beliau belum berhaji. Kemudian, pada tahun ke-10, beliau mengumumkan bahwa beliau akan berhaji sehingga banyak orang datang ke Madinah, semuanya ingin ikut bersama Rasulullah SAW dan melakukan amal ibadah (haji) seperti beliau.”

Hadis di atas juga menjadi acuan bahwa tidak mengapa seorang Muslim yang belum pernah berhaji melakukan umrah terlebih dahulu.

Baca Juga

Dalam sejarah Islam, ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW itu dikenal pula sebagai Haji Perpisahan (Wada’). Beliau melakukan rukun Islam kelima itu menjelang akhir hayatnya.

Seakan-akan mengisyaratkan, kian dekatnya akhir tugas beliau dalam membimbing umat. Tak lama lagi, beliau akan kembali kepada-Nya.

Muhammad Husain Haekal dalam Hayat Muhammad menuturkan, Rasulullah SAW berangkat haji pada tanggal 25 Dzulqaidah tahun ke-10 Hijriah. Beliau membawa semua istrinya, masing-masing dalam haudahnya.

Kaum Muslimin yang mengikuti beliau begitu banyak. Sebagian penulis sejarah menyebutkan, jumlahnya tak kurang dari 90 ribu orang. Ada pula yang mengatakan, jumlahnya bahkan mencapai 114 ribu orang.

Sebelumnya, mereka telah datang dari berbagai penjuru Jazirah Arab ke Madinah sejak mengetahui benar Nabi SAW telah menetapkan akan pergi haji pada bulan itu. Mereka datang sebagai saudara seiman. Satu sama lain terpautkan rasa kasih sayang dan keikhlasan hati.

Nabi SAW dan Muslimin mikat di Zul-Hulaifah (Bir Ali). Di sana, mereka tinggal selama satu malam. Keesokan harinya, Nabi SAW mengenakan pakaian ihram. Orang-orang pun mengikutinya.

Selanjutnya, beliau mengucapkan talbiah, diikuti umat di belakangnya. Begitu banyak manusia menyusuri jalanan antara Madinah dan Masjid al-Haram itu. Wajah mereka memancarkan cahaya iman dan kebahagiaan.

Pada hari keempat bulan Dzulhijjah, mereka tiba di Makkah. Nabi SAW segera menuju Ka’bah, diiringi Muslimin seluruhnya. Beliau kemudian mengusap Hajar al-Aswad, lalu menciumnya.

Usai itu, beliau bertawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran. Pada putaran yang pertama, Rasulullah SAW berlari-lari kecil, dan setelah itu berjalan biasa.Setelah melaksanakan shalat di Maqam Ibrahim, Nabi SAW kembali, dan sekali lagi mencium Hajar al-Aswad.

Kemudian, beliau menuju Bukit Safa, melakukan sai antara Safa dan Marwah. Selanjutnya, Rasulullah SAW menyeru kaum Muslimin supaya barangsiapa yang tak membawa ternak kurban untuk disembelih, maka jangan terus mengenakan pakaian ihram.

Memasuki hari kedelapan Dzulhijjah atau Hari Tarwiyah, Nabi Muhammad SAW pergi ke Mina. Selama sehari semalam itu, beliau tinggal dalam kemahnya.

Usai shalat subuh, kala matahari mulai muncul, beliau menunggangi untanya—al-Qaswa’—untuk menuju Bukit Arafah. Puluhan ribu manusia mengikuti dari belakang. Takbir dan talbiah bergema.

Tenda untuk Rasulullah SAW sudah siap di Namirah, sebuah desa sebelah timur Arafah. Kala mentari sudah tergelincir, beliau SAW dengan menaiki al-Qaswa’ berangkat lagi hingga tiba di area Uranah. Di tempat itulah, beliau memanggil sekalian jamaah.

Maka berhimpunlah Muslimin. Setelah mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah, Rasulullah SAW memulai pidatonya—yang belakangan diketahui sebagai “pesan terakhir” beliau kepada umatnya.

Setelah khutbah panjang itu, Allah SWT menurunkan wahyu-Nya yakni surah al-Maidah ayat 3. Artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement