REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Kebudayaan, yang diwakili oleh Komisi Warisan, mengungkapkan tim gabungan, yang terdiri dari ahli arkeologi Arab Saudi dan internasional, menemukan jejak kaki manusia, gajah, dan hewan pemangsa di sekitar danau kering kuno di pinggiran wilayah Tabuk. Diperkirakan jejak kaki tersebut berusia lebih dari 120 ribu tahun.
Presiden Komisi Warisan Jasir Al-Herbish mengatakan penemuan arkeologi ini merupakan bukti ilmiah manusia pertama dan tertua pernah ada di Jazirah Arab. Temuan ini juga memberikan gambaran tentang kondisi kehidupan nenek moyang serta petunjuk perjalanan dan permukiman mereka.
"Tim mengidentifikasi jejak kaki tujuh manusia, 107 unta, 43 gajah, dan jejak hewan lainnya dari ibex, rusa dan sekelompok sapi, serta sekitar 233 fosil yang mewakili sisa-sisa kerangka gajah dan oryx," katanya, dilansir di Rabu (16/9).
Studi menunjukkan situs tersebut berisi tujuh lapisan arkeologi di mana alat-alat batu Acheulean ditemukan. Alat-alat ini ada di tempat aslinya dan tidak terpengaruh oleh erosi alami. Situs ini dibedakan dengan adanya industri batu yang maju, termasuk kapak batu, seperti yang dikenal di benua Afrika.
Al-Herbish mengatakan, tim peneliti Saudi dan internasional telah bekerja selama lebih dari 10 tahun dalam penelitian multidisiplin ilmu. Proyek tersebut dinamakan Semenanjung Arab Hijau yang meliputi daerah gurun yang berbeda, di sekitar titik api vulkanik, dan dekat beberapa pantai di Tabuk, Najran, Riyadh, Hail, dan Madinah.
Menurut A-Herbish, hasil proyek ilmiah bersama tersebut membuktikan ada perubahan signifikan pada lingkungan mulai dari yang sangat gersang hingga basah. Bukti saat ini sangat mendukung pernyataan keberadaan "Arab hijau" di masa lalu karena ada catatan lingkungan dan situs arkeologi yang berasal dari 500 ribu tahun lalu.
Ada sungai dan danau di seluruh Jazirah Arab, yang menyebabkan penyebaran dan perluasan populasi. Ini menegaskan semenanjung itu adalah persimpangan jalan utama antara Afrika dan seluruh Eurasia sepanjang masa prasejarah.
Melalui survei ekstensif, penggalian, dan studi tentang sisa-sisa fosil hewan di gurun Nafud barat, "Proyek Arab Hijau" telah mampu memahami kondisi iklim kuno dan sifat lingkungan yang berlaku di Jazirah Arab. Studi ini menunjukkan keberadaan berbagai jenis hewan, termasuk gajah taring lurus, ikan, dan burung.
Ini menegaskan kepadatan vegetasi dan ketersediaan air dan selanjutnya gurun Nafud telah menjadi rumah bagi banyak jenis hewan seperti harimau ropa dan hyena. Hasil penelitian ilmiah juga menunjukkan terdapat banyak danau dan sungai di wilayah tersebut.
Ini menunjukkan bukti kelompok manusia telah belajar mengatasi kondisi kekeringan dan perubahan lingkungan dengan mengadopsi gaya hidup yang bergantung pada penggembalaan dan pengelolaan habitat alami mereka di oasis. Studi tersebut juga menunjukkan keberadaan kelompok Asyur, sekitar 200 ribu tahun yang lalu, di Safaqah di gubernur Dawadmi, setelah nenek moyang mereka bermigrasi dari Afrika.
Ini adalah salah satu fosil manusia tertua di luar Afrika dan Suriah yang membuktikan keberadaan manusia di Jazirah Arab. Tulang fosil gajah mammoth yang telah punah juga ditemukan di wilayah tersebut dan memberikan indikasi kuat tentang situasi lingkungan dan perubahan iklim yang dialami Jazirah Arab sehingga hewan tersebut dapat hidup di zaman prasejarah.
Sebelumnya, tim telah menemukan jejak kaki manusia yang berusia 85 ribu tahun di tepi danau kuno dekat Taimah di gurun Al-Nafud di wilayah Tabuk. Jejak- jejak beberapa orang dewasa prasejarah berserakan di darat dan di danau tua.
Al-Herbish mengatakan penemuan arkeologi di sejumlah wilayah Kerajaan selama beberapa tahun terakhir, mengonfirmasi posisi historis Kerajaan sebagai tempat pertemuan peradaban manusia, dan mencerminkan kedalaman sejarah Jazirah Arab dan luasnya. "Penemuan ini menyoroti perkembangan Kerajaan di bidang temuan arkeologi melalui para ahli Arab Saudi yang bekerja sama dengan universitas, lembaga pemerintah, dan pusat penelitian di seluruh dunia," katanya.