REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Hilmar Farid, mengucapkan rasa duka mendalam atas wafatnya wartawan senior Republika, Habib Alwi Saleh Shahab. Sebagai wartawan senior dan sejarawan, kata dia, almarhum juga dikenal sebagai penulis yang mampu menggambarkan narasi yang sangat utuh.
"Beliau penulis yang 'gifted'," Ujar dia kepada Republika, Kamis (17/9).
Dia mengingat, dalam setiap penulisannya, gaya ringan dan lincah serta menarik membuat karyanya seakan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam karirnya, almarhum menurut dia juga merupakan penulis sejarah yang sangat produktif.
"Buku-buku beliau tentang sejarah Jakarta dan masyarakatnya cenderung fokus pada 'narasi kecil' atau yang oleh Rosihan Anwar disebut 'petite histoire'," ungkap sejarawan yang juga menjabat sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud itu.
Lanjut dia, setiap buku sejarah yang ditulisnya juga mampu menunjukkan Jakarta sebagai daerah kosmopolitan dan multi-etnis. Termasuk, pergulatan antar etnik yang sudah berlangsung selama ratusan tahun dengan dinamikanya.
"Bagi MSI tentu Pak Alwi Shahab adalah sejarawan sekalipun latar belakang pendidikan beliau bukan ilmu sejarah. Kontribusi beliau dalam menambah khazanah pengetahuan sejarah, khususnya sejarah Jakarta, tidak terbantahkan." Tuturnya.
Sebelumnya, dikabarkan jika Wartawan senior Republika, Alwi Shahab, Kamis (17/9) meninggal dunia tepat pukul 03.00 WIB.
Almarhum, atau yang biasa disapa Abah Alwi, menjalani profesinya sebagai wartawan selama hampir 60 tahun. Kariernya dimulai tahun 1960 sebagai wartawan kantor berita Arabian Press Board di Jakarta. Sejak Agustus 1963 ia bekerja di kantor berita Antara. Hingga akhirnya pensiun dari Antara tahun 1993, ia bergabung dengan HU Republika. Abah Alwi, tanpa kesulitan juga langsung beradaptasi dengan lingkungan baru yang dihuni oleh orang-orang muda.
Wartawan senior asal Kwitang itu, disemayamkan di TPU Balekambang, Kamis (17/9). Setelah sebelumnya, dishalatkan di Masjid Jami Al-Ikhlas Condet, Balekambang.