IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Keraguan terhadap keberhasilan ekonomi dan keuangan syariah masih menghinggapi banyak kalangan. Tentu, hal ini wajar mengingat ekonomi dan perbankan syariah masih dalam tahap pengembangan dan mencari bentuk ideal model bisnis terutama di Indonesia.
Nah, Malaysia sudah merasakan dampak Bank Investasi Syariah sejak pertama berdiri dua dekade lalu. Senior Managing Director CIMB Investment Bank Berhad, Mohamad Safri Shahul Hamid mengatakan Malaysia menjadi pasar pendanaan keuangan syariah yang matang sejak diluncurkannya masterplan pasar modal tahun 2000.
"Tujuan utamanya adalah membangun Malaysia jadi pusat pasar modal syariah internasional, dengan beberapa fokus, termasuk menyediakan beragam produk dan instrumen," katanya dalam Internasional Webinar ISEF 2020, Rabu (7/10).
Kemudian Malaysia membuat lagi masterplan pasar modal pada 2011 sebagai lanjutan yang bertujuan untuk penguatan posisinya sebagai global hub. Malaysia membuat berbagai strategi dan memperluas skala layanannya dengan berbagai aktivitas intermediasi syariah.
Perluasan dimaksudkan untuk menambah lebih banyak pasar potensial. Sehingga Malaysia membangun struktur untuk multicurrency, transaksi lintas wilayah, dan membangun intermediari skala lebih besar untuk menjangkau pasar internasional lebih luas.
"Aktivitas ini bukan tanpa halangan, tantangan ada pada isu regulator, seperti batasan Single Customer Exposure Limit (SCEL), juga hedging, dan isu hukum," katanya.
Mayoritas kerja bank investasi memang untuk proyek skala besar seperti infrastruktur. Sehingga akad yang dikembangkan pun disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Hingga saat ini, skema akad yang lazim digunakan di sana adalah murabahah, musharakah, wakalah, ijarah, dan ijarah istisna.
Malaysia dan beberapa negara Timur Tengah serta Eropa bisa menjadi contoh sukses peneraan ekonomi syariah secara konsisten. Di Eropa, Inggris menjadi salah satu contoh pusat keuangan syariah bersaing dengan Zurich di Swiss.