Sabtu 17 Oct 2020 05:30 WIB

Ketika Kabah Masjidil Haram Penuh dengan Berhala Pujaan

Kabah di Masjidil Haram dipenuhi berhala pada era sebelum Islam datang.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Kabah di Masjidil Haram dipenuhi berhala pada era sebelum Islam datang. Ilustrasi Masjidil Haram
Foto:

Abdul Aziz dalam Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam (2016) menyebutkan, setiap kabilah Arab di Makkah memiliki berhala keunggulan masing-masing, tetapi terbiasa pula menyembah berhala dari kabilah lain.

Bagaimanapun, Hubal menjadi berhala yang paling dimuliakan bagi seluruh kaum Quraisy dan bahkan semua kabilah Arab. Di depan patung tersebut, orang-orang musyrik dari pelbagai kalangan, mulai dari rakyat jelata hingga elite politik, membungkuk-bungkuk dan memelas sembari memohon keberkahan dan perlindungan dari rupa-rupa malapetaka.

Mereka kerap melantunkan doa-doa berikut. Labbaikallahu ma labbaik, sesungguhnya kami hanyalah debu, Engkau haramkan kami menggunakan anak panah (untuk berperang), Tapi manusia menghalangi kami mencapai kemenangan.

Berhala orang-orang Arab pada zaman pra-kenabian Muhammad SAW umumnya terbuat dari bahan-bahan seperti kayu, tembaga, besi, batu, atau bahkan perak dan emas. Bentuknya dikondisikan menyerupai manusia atau hewan.

Hubal, misalnya, berbentuk sesosok manusia yang patah tangan kanannya. Namun, belakangan kaum musyrikin Quraisy memperbaiki tangan sesembahannya itu sehingga kini terbuat dari emas. Mayoritas Hubal dipahat dari bahan batu akik merah. Perancangnya diduga merupakan seorang seniman Yunani atau Suriah.

Hubal adalah satu dari sekitar 360 berhala yang berjejalan di sekitar Ka'bah pada masa Jahiliyah. Kelak, sesudah pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah), Nabi Muhammad SAW menghancurkan seluruh berhala.

Selain Hubal, ada lagi beberapa berhala yang termasyhur di Makkah. Di antaranya ada lah al-Lata, al-Uzza, dan Manah. Eksistensi mereka disinggung dalam Alquran, surah an-Najm ayat 19-20.

Orang-orang musyrik menganggap benda-benda mati itu sebagai anak perempuan Allah. Bentuk kedurhakaan ini jelas-jelas bertolak belakang dengan tauhid, yang menegaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Tambahan pula, diyakininya bahwa Tuhan punya anak perempuan. Padahal, mereka sendiri malu bila ketahuan istri-istrinya melahirkan anak perempuan. Sebagaimana diketahui, tidak sedikit orang kafir Quraisy yang menguburkan anak perempuan nya hidup-hidup pada zaman Jahiliyah. Patung al-Lata dibuat dari batu putih persegi yang diletakkan di dalam rumahrumahan serupa Ka'bah.

Berhala itu disembah banyak kabilah, termasuk Quraisy dan Tsaqif di Thaif. Lokasi tempat al-Lata berada dianggap sebagai tanah haram. Masyarakat Thaif yang musyrik kerap melakukan thawaf mengelilingi patung tersebut. Al-Uzza disembah terutama oleh orang-orang pagan dari Bani Ghafatan di Wadi Nakhlah, sebelah timur Makkah.

photo
Ilustrasi Padang Pasir - (Pixabay)

Namun, masyarakat Quraisy dan Tsaqif juga menghormatinya. Berhala itu terbuat dari kayu pohon samurah milik Bani Ghafatan. Sama seperti penduduk di Thaif, mereka juga membuat rumah-rumahan mirip Ka'bah sebagai tempat persemayaman al- Uzza. Lokasinya disebut Ka'batu Ghafatan, 'Ka'bahnya masyarakat Ghafatan.'

Manah disembah kabilah al-Aus dan al- Khazraj yang bermukim di Yasrib (kelak Madinah). Bagaimanapun, tempat pemujaan nya berlokasi bukan di kota tersebut, melainkan pesisir Qadid, titik rute antara Makkah-Yasrib. Kabilah Ghatarif dari Bani Azad bertindak sebagai pelayan para peziarah yang hendak menyembah Manah di sana. Berhala tersebut dibuat dari batu. Bentuknya serupa sesosok perempuan.

Penghambaan terhadap Hubal, al-Lata, al-Uzza, Manah, ataupun ratusan berhala lainnya hanya menghinakan bangsa Arab. Mereka yang sejak semula telah diwariskan ajaran yang hanif tauhid malahan menerima penetrasi pengaruh negatif dari bangsa-bangsa luar.

Banyak yang menyadari akan hal itu, sehingga enggan mengikuti jalan kemusyrikan. Orang-orang yang demikian berpegang teguh pada akidah tauhid dan mengikuti tata cara hidup al-hanafiyah. Ciri-cirinya antara lain, mereka meyakini adanya hari kebangkitan dan hari penghimpunan (yaumul mahsyar).

Mereka menolak klaim musyrikin yang menyebut, manusia yang mati tidak akan dibangkitkan dan ditanya perbuatan-perbuatannya di akhirat. Mereka bukan hanya meyakini kehidupan setelah mati, tetapi juga berharap bahwa Allah SWT akan memberikan perlindungan.  

 

Sebab, Dia Yang Mahaesa akan memberikan balasan yang setimpal bagi setiap orang sesuai amal perbuatannya. Syekh al- Buthy menyebut beberapa nama pengikut setia millata Ibrahim pada masa sebelum kenabian Rasulullah SAW. Di antaranya adalah Qass bin Sa'idah al-Iyyadi, Ri'ab asy-Syinni, dan Buhaira sang rahib yang ditemui Muhammad SAW, kala usianya masih 12 tahun dan sedang menemani paman nya, Abu Thalib, berdagang di Suriah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement