IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat dilaporkan membeli informasi pribadi yang dikumpulkan dari aplikasi di seluruh dunia. Salah satu aplikasi itu digunakan oleh komunitas Muslim global dan telah diunduh hampir 100 juta kali.
Investigasi oleh majalah daring Motherboard yang diterbitkan Senin (16/11), menemukan fakta Komando Operasi Khusus AS memperoleh data lokasi dari beberapa perusahaan. Aplikasi paling populer yang menjadi target adalah aplikasi berisi doa dan Alquran, yakni Muslim Pro, yang telah diunduh lebih dari 98 juta kali. Aplikasi lain yang menjadi target adalah aplikasi kencan Muslim.
Berdasarkan catatan publik, wawancara dengan pengembang, serta analisis teknis, investigasi Motherboard mencatat beberapa perusahaan memperoleh data lokasi aplikasi saat pengiklan membayar guna memasukkan iklan mereka ke sesi penjelajahan pengguna.
Militer AS mengonfirmasi laporan berita tersebut. "Akses kami ke perangkat lunak digunakan untuk mendukung persyaratan misi Pasukan Operasi Khusus di luar negeri," kata Komandan Angkatan Laut, Tim Hawkins, dilansir di AhlulBayt News Agency, Rabu (18/11).
Ia menyebut pihaknya sangat mematuhi prosedur dan kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi privasi, kebebasan sipil, hak konstitusional dan hukum warga Amerika.
Salah satu perusahaan yang terlibat dalam penjualan data lokasi adalah X-Mode. Perusahaan ini mengumumkan mereka telah melacak 25 juta perangkat di Amerika Serikat setiap bulan. Tak hanya itu, 40 juta perangkat dilacak di tempat lain, termasuk di Uni Eropa, Amerika Latin dan kawasan Asia-Pasifik.
Motherboard lantas mencoba memasang aplikasi kencan, Muslim Mingle, ke ponsel Android. Berulang kali aplikasi ini terlihat mengirimkan koordinat geolokasi yang tepat bersama nama jaringan WiFi ke perusahaan X-Mode.
Penyelidikan menemukan aplikasi lain yang menyampaikan data lokasi. Aplikasi tersebut adalah penghitung langkah yang disebut Accupedo, aplikasi cuaca Global Storms, dan CPlus for Craigslist.
Senator AS, Ron Wyden, mengatakan X-Mode juga mengakui menjual data yang dikumpulkannya ke pelanggan militer AS lainnya. Perusahaan hingga saat ini masih mempertahankan praktik tersebut.
“X-Mode melisensikan panel datanya ke sejumlah kecil perusahaan teknologi yang mungkin bekerja dengan layanan militer pemerintah. Tetapi pekerjaan kami dengan kontraktor tersebut bersifat internasional dan terutama berfokus pada tiga kasus penggunaan: kontra-terorisme, keamanan siber, dan memprediksi Covid-19 di masa depan,” kata perwakilan X-Mode kepada majalah daring tersebut.