IHRAM.CO.ID, ISRAEL -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan membantah telah terjadi pertemuan antara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman. Namun menurut berita lokal Israel, Netanyahu tampak tidak menyangkal ataupun mengiyakan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan media Israel diam-diam terbang ke Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed Bin Salman dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo. Sumber mengatakan kepada Haaretz bahwa pertemuan dilakukan di Neom, sebuah mega proyek yang tengah dibangun di Laut Merah. Dalam pertemuan itu juga disebutkan kepala Mossad Yossi Cohen juga hadir.
Situs web pelacakan penerbangan mencatat, bahwa jet pribadi Netanyahu, yang digunakan di masa lalu untuk kunjungan ke Presiden Rusia Vladimir Putin, berada di darat selama sekitar dua jam dan kembali ke Israel pada pukul 12:30 pagi.
Dua penasihat pemerintah Saudi mengkonfirmasi kunjungan tersebut ke Wall Street Journal. Namun, pada Senin malam, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud melalui akun Twitternya membantah adanya pertemuan itu "tidak ada pertemuan seperti itu terjadi" ujarnya dilansir dari Middle East Eye pada Selasa (24/11).
Perjalanan itu, jika dikonfirmasi, menandai perjalanan resmi pertama seorang pemimpin Israel ke Arab Saudi. Netanyahu sendiri tidak menyangkal telah melakukan perjalanan itu.
"Saya tidak pernah mengomentari masalah itu dan saya tidak akan mulai sekarang," katanya kepada koalisi, menurut jurnalis Israel Barak Ravid.
"Saya hanya akan mengatakan bahwa saya sedang bekerja untuk memperluas lingkaran perdamaian," sambung Netanyahu.
Sebuah sumber mengatakan kepada situs berita Israel Walla, bahwa Netanyahu tidak memberikan kabar terbaru kepada Menteri Pertahanan Benny Gantz dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi pada kunjungan tersebut. Pertemuan itu sendiri terjadi di antara kunjungan Pompeo ke negara-negara Teluk.
Bahrain dan UEA telah menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Israel, sebagian untuk menyediakan front persatuan melawan Iran, dan banyak yang berspekulasi bahwa Arab Saudi akan segera menyusul. Tetapi, dalam wawancara dengan Reuters akhir pekan lalu, Farhan Al Saud mengatakan bahwa meski kerajaan telah mendukung normalisasi dengan Israel, pertama-tama harus ada kesepakatan damai permanen dan penuh antara Israel dan Palestina.