REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batik Air mengonfirmasi penerbangan nomor ID-6370 dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandar Udara Internasional Juanda pada (3/ 12) mengalami keterisian penumpang melebihi batasan kapasitas angkut yang ditetapkan. Namun hal ini terjadi karena sebagian penumpang terbang dengan anggota keluarganya.
Corporate Communications Strategic of Batik Air Danang Manadala Prihantoro menyebut penerbangan dengan Airbus 320-200 itu berkapasitas 156 orang. Batik Air membawa 113 tamu, yang terdiri 61 kategori grup dan 52 tamu perorangan. Dengan kondisi ini, penumpang tertentu akan ada duduk berdampingan atau tidak ada jarak.
"Ini tidak dapat dihindari namun sebagai operator penerbangan, Batik Air mengatur penempatan tempat duduk penumpang agar lebih meminimalkan dampak," kata Danang dalam keterangannya pada wartawan, Kamis (3/12).
Danang menjelaskan kelompok penumpang penerbangan adalah perjalanan grup dari keluarga atau rombongan tertentu yang menginginkan dalam satu penerbangan dengan duduk berdekatan. Mereka penumpang kategori PCR/ Swab hasil negatif.
"Adapun penumpang yang bukan dalam satu keluarga atau rombongan tertentu akan diusahakan ada jarak duduk antarpenumpang," ujar Danang.
Danang menekankan Batik Air menjalankan operasional sesuai aspek keselamatan, keamanan dan sebagaimana pedoman protokol kesehatan.
"Semua awak pesawat dan tamu yang masuk ke dalam kabin pesawat udara telah melaksanakan Rapid Test Covid-19 atau PCR/ Swab dengan hasil non-reaktif atau negatif. Mereka sehat dan layang terbang," ucap Danang.
Danang memastikan seluruh armada dilengkapi HEPA Filter. Teknologi HEPA menjamin perjalanan udara perlahan mulai kembali.
"Dengan harapan, penumpang dapat memulai kembali perjalanan dengan percaya diri atau tanpa ragu-ragu," ucap Danang.
Terkait masalah tersebut, di media sosial memang beredar foto dan protes masyarakat tentang sebuah penerbangan dari maskapai Batik Air yang tanpa jaga jarak. Ini jelas aneh sebab diberbagai kesempatan ternyata sudah ada tindakan bahwa semua orang dimbau taati protokol kesehatan. Bahkan, banyak orang yang dipanggil polisi karena tak mentaati prosedur kesehatan tersebut.