IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ada kabar yang tak membuat gembira di tengah pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut terkait kepada budaya dan pemahaman masyarakat terhadap cara mencegah penularan Covid-19,
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, terjadinya penurunan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Hal ini berdasarkan pemantauan Satuan Tugas terhadap kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi prokes sejak 18 November.
Wiku mengatakan, fluktuasi penurunan disiplin prokes pun terjadi pada pekan keempat November.
“Kemudian sangat disayangkan bahwa trennya terus memperlihatkan penurunan terkait dengan kepatuhan individu dalam memakai masker serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan,” ujar Wiku saat konferensi pers.
Penurunan kepatuhan masyarakat terhadap prokes ini terjadi saat periode libur panjang pada 28 Oktober sampai 1 November. Tren penurunan ini terus berlanjut hingga 27 November di mana persentase kepatuhan penggunaan masker sebesar 59,32 persen. Sedangkan persentase kepatuhan dalam menjaga jarak dan tidak berkerumun sebesar 43,46 persen.
“Dapat kita simpulkan bahwa liburan panjang merupakan momentum pemicu utama penurunan kepatuhan disiplin protokol kesehatan dan kepatuhan tersebut semakin menurun,” jelasnya.
Wiku mengatakan, jika masyarakat semakin lengah menjalankan prokes, maka akan meningkatkan penularan. Dan apabila dilakukan testing dan tracing, maka kasus positif akan meningkat.
“Jika terus seperti ini, maka sebanyak apapun fasilitas kesehatan yang tersedia tidak akan mampu menampung lonjakan yang terjadi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Satgas mencatat dari 512 kabupaten/kota di Indonesia, hanya kurang dari 9 persen daerah yang patuh dalam memakai masker. Dan yang lebih memprihatinkan, kurang dari 4 persen kabupaten/kota yang patuh dalam menjaga jarak.
Berdasarkan studi yang dilakukan Yilmazkuday pada 2020, untuk menurunkan angka kasus positif dan kematian maka minimal 75 persen populasi harus patuh menggunakan masker. Sayangnya, angka tersebut masih belum tercapai di Indonesia dan penambahan kasus terus meningkat.
Bahkan pada Kamis (3/12), penambahan kasus positif harian mencetak rekor tertingginya yakni mencapai 8.369 kasus. Dalam beberapa hari terakhir pun, Satgas mencatat rekor penambahan kasus terus terjadi.
“Ini adalah angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir,” ujar dia.
Restoran Jadi Lokasi tak Patuh Prokes Tertinggi
Terkait dengan tempat yang masih potensial menjadi waktu dan area pelanggaran protokolkesehatan, Wiku Adisasmito kembali menyampaikan, itu terjadi pada waktu liburan dan restoran/tempat makan. Contoh ini telah terjadi terjadi saat periode libur panjang pada 28 Oktober-1 November.
''Sedangkan lokasi kerumunan dengan tingkat tidak patuh memakai masker tertinggi tercatat berada di restoran dan kedai yakni sebesar 30,8 persen.Di rumah s ebesar 21 persen, tempat olahraga publik sebesar 18,8 persen, di jalan umum sebesar 14 persen, dan tempat wisata sebesar 13,9 persen,” ujar Wiku.
Kondisi ini memicu terjadinya penambahan kasus harian yang pada Kamis (3/12) telah memecahkan rekor tertinggi yakni mencapai 8.369. Dalam beberapa hari terakhir pun, Satgas mencatat rekor penambahan kasus terus terjadi.
“Ini adalah angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir,” ujar dia.
Peningkatan angka kasus positif ini menandakan laju penularan yang terus meningkat karena masyarakat yang abai terhadap prokes. Wiku pun meminta kesadaran masyarakat dalam menjalankan disiplin protokol kesehatan dengan baik dan benar sehingga kasus Covid-19 dapat semakin terkendali.
“Nyatanya dengan kondisi seperti ini kepatuhan masyarakat yang rendah dalam memakai masker dan menjaga jarak menjadi kontributor dalam peningkatan penularan Covid-19 yang berdampak pada kenaikan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir di Indonesia,” kata Wiku.