IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Salamuddin Daeng mengatakan, pada saat ini memang terkesan pengelolaan dana haji tidak transparan. Selain itu publik juga bertanya-tanya mengenai posisi yang sebenarnya dari dana yang merupakan milik umat Islam yang hendak pergi menunaikan ibadah haji tersebut.
''Saya hanya dapat atau mencari laporan soal dana haji dari Departemen Keuangan dan Kementreian agama sampai tahun 2017. Kala itu baik laporan soal dana haji yang berbahasa Indoensia dan Inggris bisa saya dapatkan. Setelah tahun itu saya mencari tak bisa mendapatlan laporan lagi,'' kata Salamuddin Daeng, kepada Republika, Jumat (15/1).
Menurutnya, keinginan untuk mengetahui posisi dana haji itu makin berarti ketika pada saat ini muncul kontroversi pengurangan subsidi bagi jamaah haji. Sebab, kalau istilah subsidi itu dikaitkan dengan pengunaan dana pemerintah, sampai sekarang jamaah haji dari dahulu tak pernah atau memakai subsidi itu.
''Jadi apa maksudnya subsisi. Apakah itu bagian dari dana bagi hasil atau optimalisasi dana haji milik calon jamaah yang terkumpul. Istilah ini belum jelas maksudnya apa. Maka itu menjadi kontroversi,'' katanya.
Sampai tahun 2017, lanjutnya, pihaknya membaca laporan soal dana haji itu ada Rp 39 Triliun dipakai untuk hal lain di luar penyelenggaraan haji.''Namun sekarang saya tak tahu di mana dana dan berapa dana haji yang ada. Dana yang dipakai berapa dan dana 'chas'-nya berapa besar jumlahnya saya juga tak tahu. Saya hanya dengar dana haji sekarang sudah lebih dari Rp 100 triliun,''ujarnya.
Atas terus menerus munculnya banyak pertanyaan dari kalangan umat Islam, lanjut Daeng, maka saatnya sekarang semua pihak berterus terang dan duduk bersama. Sebab, pada sisi lain pihaknya juga tahu bahwa kondisi APBN hari ini sangat berat.
''Maka di sini perlu transparansi apa yang terjadi. Apa yang tengah terjadi sehingga membuat biaya penyelenggaraan haji yang ditanggung jamaah naik. Saya dengar ada wacana idealnya ongkos naik haji menjadi Rp 72 juta, bahkan ada yang mencontohkan Malaysia yang sampai Rp 150 juta. Apa maksud semua ini, umat Islam yang merupakan calon jamaah haji bingung,'' kata Salamuddin Daeng lagi.
Yang jelas, tegasnya, umat Islam yang selama ini sudah membayar dana awal ongkos naik haji berharap biaya haji tidak mahal. ''Mereka malah menginginkan terus turun, bukan malah naik terus. Jadi ada apa dengan dana haji sekarang ini,'' ujarnya.