IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ibadah haji dan umrah merupakan dua jenis ibadah yang memiliki banyak persamaan dalam beberapa hal. Namun haji dan umrah ini punya beberapa perbedaan yang prinsipil dalam beberapa hal, di antaranya terkait waktu atau durasi lamanya ibadah haji dan umrah.
"Perbedaan yang lain antara ibadah haji dan umrah adalah dari segi durasi atau lamanya kedua ibadah itu," kata Ustaz Ahmad Sarwat Lc.MA dalam bukunya Ibadah Haji:Rukum Islam Kelima.
Ustaz Amhmad mengatakan, secara teknis praktek di lapangan, rangkaian ritual ibadah haji lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan ibadah umrah. Orang melakukan ibadah haji paling cepat dilakukan minimal empat hari, yaitu tanggal 9-10-11-12 Dzulhijjah.
"Itu pun bila dia mengambil nafar awal. Sedangkan bila dia mengambil nafar tsani, berarti ditambah lagi menjadi 5 hari," katanya.
Sementara durasi ibadah umrah hanya membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam saja. Karena secara praktek, kita hanya butuh 3 pekerja ringan, yaitu berihram dari miqat, bertawaf tujuh kali putaran di sekeliling Ka’bah, lalu berjalan kaki antara Shafa dan Marwah tujuh kali putaran, dan bercukur lalu selesai.
Sehingga lepas dari masalah hukumnya boleh atau tidak boleh sesuai perbedaan pendapat ulama, seseorang bisa saja menyelesaikan satu rangkaian ibadah umrah dalam sehari sampai dua atau tiga kali. Bahkan bisa sampai berkali-kali.
Selain itu, Ibadah haji membutuhkan kekuatan fisik lebih besar dan kondisi kesehatan tubuh yang prima. Hal itu karena ritual ibadah haji memang jauh lebih banyak dan lebih rumit, sementara medannya pun juga tidak bisa dibilang ringan, sehingga ritualnya juga sedikit lebih sulit untuk dikerjakan.
Di ketiga tempat yaitu Arafah, Muzdalifah dan Mina, memang prinsipnya jamaah tidak melakukan apaapa sepanjang hari. Jamaah hanya diminta menetap saja, boleh makan, minum, istirahat, buang hajat, tidur, ngobrol atau apa saja, asal tidak melanggar larangan ihram.
"Kecuali di mina, selama tiga hari kita diwajibkan melakukan ritual melontar tiga jamarat yaitu Jumratul Ula, Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah," katanya.
Teorinya sederhana tetapi karena momentumnya berbarengan dengan jutaan manusia dalam waktu yang amat sempit ternyata urusan wuquf di Arafah, bermalam di Muzdalifah sampai urusan melontar ini menjadi tidak mudah. Karena berdesakan dengan tiga jutaan manusia dari berbagai bangsa.
"Seringkali terjadi dorong-dorongan hingga menimbulkan korban nyawa yang tidak sedikit," katanya.
Dan karena terjadi pergerakan massa dalam jumlah jutaan, antara Mina, Arafah, Muzdalifah dan juga kota Makkah, maka seringkali jatuh korban, baik luka, sakit atau pun meninggal dunia. Dan mengatur tiga juga manusia yang berlainan bahasa, adat, tradisi dan karakter bukan perkara yang mudah.
"Semua itu tidak terjadi dalam ibadah umrah, karena tidak ada tumpukan massa berjuta dan tidak sampai terjadi pergerakan massa dari satu tempat ke tempat lain," katanya.
Sebab Ka’bah dan Shafa Marwah berada di satu titik, yaitu di dalam masjid AlHaram. Lagi pula umrah boleh dikerjakan kapan saja, tidak ada durasi waktu yang membatasi. Maka ibadah umrah lebih sedikit dan singkat, karena hanya mengitari Ka’bah tujuh kali dan berjalan bolak-balik dari Safa dan Marwah tujuh kali.