IHRAM.CO.ID, JAKARTA (AA) - Pandemi Covid-19 yang belum cukup terkendali di Indonesia membuat perayaan Tahun Baru Imlek 2572 yang jatuh pada Jumat, 12 Februari 2021, menjadi lebih terbatas.
Kelenteng Boen Tek Bio, yang merupakan kelenteng Tionghoa tertua di Tangerang, menerapkan sejumlah pembatasan dan meniadakan beberapa tradisi untuk mencegah kerumunan dan potensi penularan Covid-19 di antara umatnya.
Sekretaris Badan Pengurus Kelenteng Boen Tek Bio, Ruby Santamoko mengatakan kelenteng ini memiliki 7 ribu umat, namun hanya sekitar 10 persen yang diprediksi akan tetap datang bersembahyang.
Menurut Ruby, mereka mengimbau umat untuk mengutamakan bersembahyang di rumah dan tidak berkerumun saat perayaan Imlek.
Kelenteng juga mewajibkan umat yang datang mematuhi protokol kesehatan dan menyiapkan alur aktivitas agar tidak terjadi kerumunan.
“Kami maksimalkan hanya 30 orang untuk setiap kelompok di altar pusat,” kata Ruby kepada Anadolu Agency, Kamis.
“Kami juga mengharapkan umat yang lansia tidak datang, begitu juga anak-anak. Ini sudah kami sampaikan kepada umat sejak jauh-jauh hari,” tambah dia.
Sejumlah tradisi dan pertunjukan seni yang biasanya memeriahkan perayaan Imlek juga ditiadakan.
Tidak ada pertunjukan barongsai, potehi (wayang kulit), persembahan lilin besar, hingga jamuan makan berkah atau makanan vegetarian yang biasanya berlangsung seusai sembahyang.
“Jadi setelah sembahyang harus langsung pulang. Kalau biasanya bisa nonton barongsai, makan-makan, tahun ini tidak ada sama sekali,” tutur Ruby.
Meski demikian, Ruby berharap pembatasan aktivitas ini tidak mengurangi rasa khidmat dan makna perayaan Imlek.
Menurut dia, mencegah kerumunan dan tidak saling berkunjung untuk sementara waktu juga merupakan bentuk upaya menjaga kerukunan dan keutuhan keluarga sebagai salah satu filosofi yang dianut warga Tionghoa.
“Kita tidak ingin dengan perayaan Imlek ini satu atau dua orang anggota keluarga tertular Covid-19, lalu berujung sampai kematian,” kata dia.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengatakan merayakan Imlek di rumah dapat membantu mengurangi potensi lonjakan kasus yang biasanya selalu terjadi pasca-libur panjang.
Indonesia telah berkali-kali mencatat lonjakan kasus akibat libur panjang, misalnya usai libur Lebaran, libur peringatan Hari Kemerdekaan, hingga libur Natal dan Tahun Baru.
"Mari menjadi masyarakat yang bijak dan cerdas belajar dari masa lalu, serta berani mengatakan untuk tetap di rumah saja dalam merayakan Imlek tahun ini agar tidak terjadi lonjakan kasus,” kata Ede melalui keterangan tertulis.
Sedangkan untuk menghindari peningkatan mobilitas masyarakat akibat libur panjang, pemerintah telah melarang aparatur sipil negara (ASN) dan anggota TNI dan Polri untuk bepergian ke luar kota.