Selasa 16 Feb 2021 22:08 WIB

Bunuh Pembantu Asal Bangladesh, Wanita Saudi Divonis Mati

Suami terdakwa juga dipenjara selama tiga tahun.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Fakhruddin
Bunuh Pembantu Asal Bangladesh, Wanita Saudi Divonis Mati (ilustrasi).
Foto: Republika/Mardiah
Bunuh Pembantu Asal Bangladesh, Wanita Saudi Divonis Mati (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID,RIYADH -- Pengadilan Arab Saudi telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang wanita Saudi karena membunuh pembantunya yang berasal dari Bangladesh. Terdakwa Ayesha al-Jizani dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan karena membunuh Abiron Begum pada Maret 2019, sekitar dua tahun setelah Begum pergi ke Arab Saudi untuk mencari pekerjaan. 

Selain menghukum pelaku pembunuhan, kerabat Begum mendesak pemerintah Bangladesh untuk mengambil tindakan terhadap para perantara yang menipu korban. Penipuan disebut bermula saat Begum mengambil pekerjaan di Arab Saudi empat tahun lalu.

“(Dia) ingin pergi ke luar negeri untuk mendapatkan lebih banyak uang sehingga dia bisa membayar untuk orang tuanya yang sudah lanjut usia,” kata saudara ipar Begum, Ayub Ali dilansir dari Aljazeera, Selasa (16/2).

“Mereka mulai menyiksanya dua minggu setelah dia pergi.  Dia menelepon kami dan menangis, kami memohon para perantara di sini untuk membawanya kembali, tetapi tidak ada yang mendengarkan kami," ujarnya. 

Suami terdakwa juga dipenjara selama tiga tahun karena gagal membantu Begum mengakses perawatan medis dan membuatnya bekerja di luar rumah secara ilegal. Sementara Putra Jizani dikirim ke fasilitas remaja selama tujuh bulan. 

Para pegiat mengatakan putusan pengadilan Saudi terhadap seorang majikan tidak biasa. “Saya telah bekerja di bidang migrasi selama beberapa tahun dan saya tidak pernah mendengar putusan seperti itu,” kata Kepala Program Ovibashi Karmi Unnayan, Shakirul Islam yang menangani hak-hak migran di Bangladesh.

Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen menyambut baik putusan tersebut.  "Saya memuji pemerintah Saudi karena memberikan hukuman yang langka namun patut dicontoh ini," jelasnya. 

Abdul juga mendesak pemerintah Saudi untuk menyelidiki kasus-kasus penganiayaan dan penyiksaan lain yang dilakukan terhadap asisten rumah tangga asal Bangladesh. Lebih dari 300.000 pekerja perempuan Bangladesh telah melakukan perjalanan ke Arab Saudi sejak 1991, tetapi banyak dari mereka kembali dengan cerita pelecehan dan eksploitasi.

Menurut Human Rights Watch (HRW), majikan menyita paspor, menahan gaji dan memaksa migran untuk bekerja di luar keinginan mereka.  Pekerja yang meninggalkan majikan mereka tanpa persetujuan mereka dapat dituntut dengan tuduhan melarikan diri dan menghadapi hukuman penjara hingga deportasi. 

Dalam lima tahun terakhir, hampir 70 pekerja wanita Bangladesh meninggal di Arab Saudi, lebih dari 50 di antaranya melakukan bunuh diri. Bangladesh adalah salah satu pengekspor tenaga kerja terbesar di dunia dan sangat bergantung pada pengiriman uang yang mereka kirim ke kerabat. Sebelum pandemi, sekitar 700.000 orang Bangladesh biasa melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mencari pekerjaan setiap tahun, dengan Arab Saudi menjadi tujuan utama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement