IHRAM.CO.ID,KAIRO—Arkeolog terkenal Mesir Zahi Hawass mengunggah sebuah makalah ilmiah tentang kematian Raja Seqenenre Tao II, penguasa kerajaan Mesir Kuno terakhir yang berpusat di Thebes. Jurnal ilmiah yang terbitan Frontiers in Medicine yang Hawass posting di akun Facebook pribadinya itu merupakan hasil kerjasamanya dengan Sahar Selim, seorang profesor radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo.
Studi tersebut mengatakan bahwa teknologi medis modern membantu mengungkap kisah sang raja, kemungkinan mulai berkuasa sejak 1560 SM atau 1558 SM, untuk melengkapi sejarah Mesir abag 16 SM. Penelitian ini berputar di pemeriksaan mumi sang raja dengan CT Scan.
Seqenenre Tao II, dijuluki "The Brave", memerintah Mesir selatan selama pendudukan Hyksos yang merebut delta di Mesir utara selama sekitar satu abad. Muminya ditemukan di cache Deir el-Bahari pada 1881, diperiksa untuk pertama kali pada saat itu, dan dipelajari dengan sinar-X pada 1960-an. Muminya segera diawetkan dan disimpan jauh dari lokasi penemuan, mengingat kondisi mumi yang cukup rusak.
Pemeriksaan ini menunjukkan bahwa almarhum raja menderita beberapa luka di kepala yang serius, tetapi tidak ada luka di bagian tubuh lainnya. Terdapat beberapa dugaan tentang penyebab kematian raja, beberapa percaya bahwa raja terbunuh dalam pertempuran, sebagian lain percaya bahwa sang raja meninggal di tangan raja Hyksos, adapula yang menduga jika raja kedua itu menjadi korban pembunuhan berencana.
Teknik CT scan adalah salah satu teknik pencitraan medis yang cukup aman dan sering digunakan untuk mempelajari sisa-sisa arkeologi, termasuk mumi, dan membantu memeliharanya. CT scan telah membantu proses penelitian banyak mumi kerajaan Mesir, untuk menentukan usia saat kematian, jenis kelamin, dan penyebab kematian.
Dalam penelitiannya, Zahi Hawass dan Sahar Selim mempresentasikan interpretasi baru dari peristiwa sebelum dan sesudah kematian Raja Seqenenre Tao II, berdasarkan gambar CT dua dan tiga dimensi yang dipasang menggunakan teknologi komputer canggih. Deformasi lengan mengungkapkan bahwa Seqenenre Tao II memang ditangkap di medan perang, dengan tangan terikat di belakang punggung, yang mencegahnya untuk menangkis serangan sengit ke wajahnya.
"Ini menandakan Seqenenre Tao II benar-benar berada di garis depan bersama tentaranya, mempertaruhkan nyawanya untuk membebaskan Mesir," kata Selim yang dikutip di Egypt Today, Kamis (18/2).
CT scan mumi raja berhasil mengungkapkan detail halus dari cedera kepala, termasuk luka yang belum ditemukan dalam pemeriksaan sebelumnya, karena disembunyikan dengan terampil oleh pembalsem. Penelitian ini juga mencakup studi tentang berbagai senjata Hyksos yang diawetkan di Museum Mesir di Kairo, termasuk kapak, tombak, dan beberapa belati, yang menunjukkan kesesuaian dengan luka Seqenenre Tao II.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Seqenenre Tao II dibunuh oleh beberapa penyerang Hyksos yang mengelilinginya dari berbagai sudut dan dengan senjata yang berbeda. Pembunuhannya muncul sebagai eksekusi seremonial. Lebih lanjut, CT scan menentukan bahwa Seqenenre Tao II berusia sekitar 40 tahun pada saat kematiannya, berdasarkan bentuk tulang yang terdeteksi dalam gambar, memberikan perkiraan paling akurat sejauh ini.
Dalam lukisan yang dikenal sebagai prasasti Carnavaron, yang ditemukan di Kuil Theban di Karnak, pertempuran putra Seqenenre Tao II melawan Hyksos diabadikan. Putra Seqenenre Tao II, Camus, menjadi martir selama perang melawan Hyksos, dan Ahmose, putra kedua dari Seqenenre Tao II, adalah orang yang menyelesaikan pengusiran Hyksos. Dia melawan mereka, mengalahkan mereka dan mengejar mereka ke tempat yang sekarang dikenal sebagai Gaza (Palestina), dan berhasil mempersatukan Mesir.