IHRAM.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mengirimkan lebih dari 11.000 vaksin Ebola ke Guinea. Negara di Afrika Barat itu baru-baru ini dilanda epidemi virus Ebola.
Menurut direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti hingga 11.000 vaksin Ebola sedang disiapkan di Jenewa. Vaksin diperkirakan akan tiba di Guinea pada akhir pekan ini. Selain itu, sebanyak 8.600 dosis vaksin tambahan akan dikirim dari Amerika Serikat (AS).
Vaksinasi di Guinea diperkirakan paling cepat dimulai pada Senin (22/2) mendatang. WHO juga mengerahkan ahli untuk melakukan vaksinasi di negara itu.
“Sebanyak 30 ahli vaksinasi telah dimobilisasi secara lokal dan siap untuk digunakan segera setelah vaksin Ebola tiba di Guinea,” ujar Moeti dilansir Shanghai Daily, Jumat (19/2).
WHO telah meminta enam negara di Afrika untuk waspada terhadap Ebola, secara khusus setelah Guinea dan Kongo mengkonfirmasi kasus infeksi virus ini. Moeti mengatakan pemantauan di sub-wilayah tengah dilakukan, termasuk di daerah sekitar Afrika Barat.
"Tindakan kolektif dan cepat sangat penting untuk mencegah penyebaran Ebola yang tidak terkendali di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19), yang telah mendorong petugas medis dan fasilitas kesehatan,” jelas Moeti.
Epidemi Ebola di Guinea diumumkan setelah pertemuan pada akhir pekan lalu, kurang dari sebulan setelah pejabat kesehatan mendeteksi kasus penyakit yang mencurigakan. Saat itu terdapat pasien dengan gejala diare, muntah dan pendarahan.
Pasien dilaporkan sempat ikut serta dalam penguburan perawat yang meninggal pada akhir Januari lalu dan dimakamkan pada 1 Februari di Gouake, wilayah selatan Guinea. Pemakaman tradisional di sana membuat orang atau pelayat mencuci dan menyentuh tubuh jenazah, di mana hal ini dapat memfasilitasi penyebaran Ebola.
Ebola biasanya menular ke manusia dari hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar, dan kemudian menyebar di antara manusia melalui cairan tubuh. Hingga Kamis (18/2), Guinea telah mencatat tiga kasus Ebola yang dikonfirmasi, termasuk satu kematian.
Pejabat kesehatan berharap bisa membendung penyebaran Ebola di Afrika Barat, yang mengalami wabah paling mematikan dalam sejarah dari 2014 hingga 2016, yang menewaskan lebih dari 11.300 orang.