Rabu 24 Feb 2021 22:16 WIB

Kemenparekraf Pastikan Wisata di Lombok Terapkan CHSE

Sehingga wisatawan pun menjadi aman dan nyaman ketika berada di destinasi wisata.

Kemenparekraf Pastikan Wisata di Lombok Terapkan CHSE (ilustrasi).
Foto: AHMAD SUBAIDI/ANTARA
Kemenparekraf Pastikan Wisata di Lombok Terapkan CHSE (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,LOMBOK BARAT -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memastikan pelaku industri hotel dan restoran serta industri kreatif di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat siap menerapkan sertifikasi protokol kesehatan berbasis "Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability" atau CHSE.

"Dari hasil evaluasi kami mengikuti simulasi kunjungan lapangan, para pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Lombok, termasuk Destinasi Super Prioritas (DSP) Mandalika sudah sangat siap menerapkan CHSE," kata Koordinator Pengembangan Jejaring dan Kapasitas Wisata MICE Kemenparekraf, Titik Lestari saat mengikuti kegiatan simulasi panduan pelaksanaan CHSE pada kegiatan MICE di DSP Mandalika berlokasi di sentra kerajinan Gerabah, Desa Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat, Rabu (24/2).

Titik menyatakan, saat ini sertifikasi panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) merupakan hal yang sangat penting bagi industri pariwisata khususnya bagi pelaku usaha hotel dan restoran termasuk industri kreatif untuk memulihkan kepercayaan wisatawan di masa pandemi COVID-19. "Kemenparekraf telah melaksanakan program sertifikasi CHSE gratis bagi industri pariwisata di 34 provinsi di Indonesia. Termasuk di dalamnya Lombok, NTB sebagai salah satu yang masuk dalam DSP," ujarnya.

Dalam kunjungannya ke destinasi wisata di Lombok, Titik Lestari melihat penerapan secara ketat sesuai alur CHSE. Sebelum masuk semua pengunjung diminta untuk mencuci tangan, cek suhu, dan antre berjarak dengan signage yang jelas."Secara umum pelaksanaannya (protokol kesehatan) sangat baik, aman, sesuai dengan yang diperlukan saat ini sehingga semua para pelaku usaha di sektor pariwisata termasuk restoran, hotel, industrik kreatif UMKM bisa bangkit kembali," jelas Titik Lestari.

Menurut Titik, masyarakat NTB sudah banyak yang memahami gunanya menjaga protokol CHSE. Terlebih di sejumlah destinasi wisata mulai di kerajinan gerabah Banyumulek, Lombok Barat, tenun Sukarara dan Kawasan ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah. "Ini bisa dilihat dari pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang ada di destinasi wisata sudah sangat menyiapkan CHSE sehingga wisatawan pun menjadi aman dan nyaman ketika berada di destinasi wisata," katanya.

"Dalam kondisi sekarang ini, kesehatan harus dijaga dan kita harus hambatan penyebaran COVID-19 tapi ekonomi harus tetap berjalan. Untuk itu kita harus dapat melakukan apa yang diterapkan di sini, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan sebagainya, itu yang penting. Kadang-kadang sederhana tapi kenyataannya pelaksanaannya tidak disiplin. Ini kita harus dorong terus agar jauh lebih baik," sambung Titik Lestari.

Sementara itu, Karyawan Arshop Berkat Sabar, Banyumulek, Susilawati mengaku mengapresiasi apa yang dilakukan Kemenparekraf dalam mendorong pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif menerapkan CHSE di lokasi usahanya sebagai antisipasi COVID-19. Salah satunya, mulai penyiapan tempat cuci tangan, sabun, handstanizer dan antre berjarak dengan signage yang jelas dan menggunakan masker baik pengunjung maupun karyawan arshop."Kami berharap adanya CHSE akan semakin memperkuat keyakinan wisatawan yang datang bahwa lokasi yang dikunjungi aman dan nyaman," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement