IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Dzun Nun Rah.a bernama lengkap Abu Al Faidh bin Ibrahim Al Mishri. Di samping seorang wali Allah yang termasyhur, dia juga seorang ahli kimia dan ahli tulisan Mesir kuno.
"Dia juga seorang sufi yang pertama kali menganalisis makrifat secara konsepsional, sehingga disebut juga sebagai bapak makrifat," kata Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny alam bukunya 198 kisah Haji Wali-Wali Allah.
Pada suatu kesempatan, dia mengisahkan perjalanan haji nyakiti Dia bercerita. Pada suatu hari ia sedang melaksanakan tawaf di Baitullah. Ketika pandangannya sedang tertuju ke arah Ka'bah, tiba-tiba ada seorang yang datang mendekati Ka'bah dan berdoa dengan lantang.
"Wahai Rabbuku aku adalah hamba-Mu yang miskin, yang berada di pintu rumah-Mu yang paling dekat dengan-Mu. Aku memohon kepada-Mu agar aku dapat beribadah sebagaimana yang engkau sukai. Ya Allah aku mohon kepadamu melalui wali-wali MU dan nabi-nabi Mu agar Sngkau memberiku minuman cinta-Mu. Ya Allah, buanglah dari diriku kebodohan yang dapat menghalangi ku dari makrifat kepada-Mu. Dan bermunajat dengan-Mu dalam kesunyian dan keinginanku."
Kemudian orang itu menangis beberapa lama sehingga tetesan air matanya jatuh ke tanah. Namun, setelah itu dia tertawa dan pergi begitu saja.
Dzun Nun Rah.a mengikuti orang itu dari belakang. Ai berpikir apakah orang itu adalah seorang sufi yang sempurna ataukah orang gila? "Orang itu keluar dari Masjidilharam menuju ke arah pinggiran kota Makkah."
Ternyata orang itu mengetahui bahwa Dzun Nun sedang mengikutinya. Dia berhenti dan berkata kepadanya.
"Apa yang kau mau? "Mengapa engkau mengikutiku! Tolong tinggalkan aku." Dzun Nun berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Siapa namamu?"
Jawab orang itu. "Abdullah (hamba Allah)."
Siapa nama ayahmu? "Abdullah"
Setiap orang kata Dzun Nun, adalah hamba Allah tetapi Siapakah namamu yang sebenarnya?
"Ayahku memberi nama aku Sadun"
Bukankah orang yang dikenal dengan nama Sadun itu orang gila? "Benar, itulah aku?"
Dzun Nun mengetesnya dengan bertanya. "Siapakah Wali- Wali Allah yang engkau jadikan wasilah dalam doamu kepada Allah tadi?"
Dia menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang berjalan menuju Allah untuk mendapatkan cinta Allah sebagai tujuan hidupnya. Mereka telah memisahkan dirinya dari dunia sebagaimana orang yang hatinya dibawa lari kepada-Nya."
Setelah itu dia berkata, "Wahai Dzun Nun, aku mendengarmu berkata bahwa engkau ingin mengenal Asba bin Ma'rifat?"
Dzun Nun menjawabnya. "Ya karena aku ingin memperoleh manfaat darimu".
Kemudian dia membaca dua bait syair. "Hati orang-orang yang arif setiap masa tenggelam dalam zikrullah. Begitu pula hati yang dekat dengannya menjadikannya tempat kediamannya dengan ketulusan hati aku jatuh cinta kepada-Nya. Tidak ada sesuatu yang dapat memisahkan cinta, jika hati sudah terpaut kepada-Nya."