IHRAM.CO.ID, YANGON - Para pengunjuk rasa damai Myanmar kian memiliki cara untuk menujukkan sikap menentang kudeta militer. Awal pekan ini, aktivis menyerukan untuk serempak membunyikan klakson mobil di seluruh jalan-jalan di Maynmar sambli mengangkat tiga jari sebagai bentuk protes.
Hingga pada Senin (22/3) malam waktu setempat para pendemo juga banyak yang mengadakan protes dengan nyala lilin untuk memperingati jumlah pendemo yang gugur dalam gelombang protes. Foto-foto di media sosial menunjukkan, ratusan orang memegang lilin dalam menggelar unjuk rasa di distrik Ahlone di pusat perdagangan Yangon, pada Senin malam.
Ada juga lebih banyak cara aksi berdemonstrasi yang dilakukan dalam semalam, yakni tanpa orang. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menghindari menjadi sasaran pasukan keamanan yang mencoba membasmi demonstrasi terorganisir.
Di Hsipaw di Negara Bagian Shan, nama-nama pengunjuk rasa tewas yang tertulis di kartu diletakkan di samping lilin. DVB TV News melaporkan, besertanya tertulis "Kami roh tidak menginginkan junta."
Di tempat lain, balon berisi helium diterbangkan ke udara pada Senin dengan membawa pesan yang menyerukan bantuan internasional. Pengunjuk rasa digantikan oleh mobil mainan atau boneka, beberapa dipimpin oleh potongan karton atau boneka yang mengenakan pakaian.
Militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari dengan alasan telah terjadi kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) pada 8 November lalu. Militer menahan pemimpin sipil Myanmar sekaligus pemimpin partai pemenang pemilu, National League for Democracy (NLD) Aung San Suu Kyi. Militer juga menahan Presiden Myanmar Win Myint dan sejumlah petinggi lain.
Organisasi pemantau independen Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada Selasa (23/3) kembali memverifikasi sekurangnya 261 orang tewas sejak unjuk rasa dimulai 1 Februari. Namun, AAPP mengatakan, angka sebenarnya bisa lebih tinggi.
AAPP juga menyebutkan, 2.665 orang dipenjara atau didakwa sejak kudeta. Sedangkan 2.290 orang lainnya masih ditahan atau menanti putusan pengadilan.
Militer akhirnya buka suara pada Selasa dengan mengatakan, turut menyesal atas jatuhnya korban jiwa dalam aksi gelombang massa melawan pihaknya. Namun, dalam pernyataanya junta tetap menyalahkan pendemo.