Sabtu 10 Apr 2021 09:47 WIB

Cerita Abu Bakar Naik Haji

asulullah SAW menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin kaum muslimin melaksanakan haji.

Kafilah haji berjalan di tengah padang pasir ke Makkah.
Foto: google.com
Kafilah haji berjalan di tengah padang pasir ke Makkah.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pada Dzulhijjah tahun ke-9 hijriah, Rasulullah SAW menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin kaum muslimin melaksanakan haji. Saat itu, Abu bakar membawa 300 orang sahabat dan 20 ekor hewan kurban. Abu Bakar sendiri membawa lima ekor hewan kurban.

Sepeninggal Abu Bakar memimpin jamaah haji, wahyu turun. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam menerima wahyu permulaan surat At-Taubah. Isi wahyu itu perintah pembatalan perjanjian dengan kaum Quraisy. Surah ini turun setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam pulang dari Perang Tabuk.

Baca Juga

Saat itu pula, Rasulullah SAW dan para sahabat juga akan berangkat haji. Di saat bersamaan, kaum Musyrik melaksanakan ibadah di Baitullah. Padahal ada perjanjian yang melarang mereka melakukan itu. "HR Ahmad dan Abu Dawud).

Mengingat pentingnya isi wahyu tersebut, Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib menemui Abu Bakar di Makkah. Mengapa Ali yang ditunjuk?

Ada pendapat yang mengatakan, hal tersebut merupakan tradisi bangsa Arab bahwa seorang utusan yang betugas untuk membatalkan atau membuat perjanjian dengan kaum yang lain harus dari orang yang paling terhormat atau salah satu anggota keluarga terhormat tersebut.

Usai ditunjuk, berangkatlah Ali dengan didamping sejumlah sahabat, salah satunya Abu Hurairah. Ali pun berkejaran dengan waktu untuk melampaui Abu Bakar dan rombongan.

Akhirnya, Ali bertemu Abu Bakar di Araj atau Dhajnan. Abu Bakar pun terkejut ketika melihat Ali. Äpakah engkau sebagai pemimpin atau utusan,"tanya Abu Bakar.

"Tidak, aku hanyalah seorang utusan,"kata Ali.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement