IHRAM.CO.ID, JAKARTA-- Sarah Gamal menjadi wasit wanita pertama di olimpiade bola basket di Tokyo, Jepang. Dia merupakan seorang wanita berdarah Arab dan Afrika. Selama menjadi wasit ia mengenakan jilbab hitam.
Dilansir dari Aljazirah pada Rabu (28/4), Gamal merupakan wanita muslim dan menjadi wasit di antara para pemain pria di Alexandria United Club, pusat kekuatan bola basket Mesir.
“Sejak awal perjalanan saya sebagai wasit, saya belum pernah mendengar satu pun komentar negatif atau menghadapi kendala apapun bagi saya, sebagai wanita berkerudung. Jilbab bagi saya normal dan tidak menimbulkan masalah, " kata Sarah.
Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) mengubah aturannya pada 2017 untuk mengizinkan pemain mengenakan jilbab dalam kondisi tertentu. Untuk menarik basis penggemar internasional yang lebih muda, FIBA mengadopsi kompetisi 3-on-3 yang populer di lapangan umum di seluruh dunia sebelum formatnya ditambahkan ke program Olimpiade Tokyo pada 2017.
Sarah mengaku memiliki banyak pengalaman yang membuka jalan bagi calon wasit dan pemain wanita, termasuk di Piala Dunia Pemuda FIBA tahun 2018 di Belarusia dan di Kejuaraan Wanita Afrika tahun 2017.
"Hijab tidak mempengaruhi saya di turnamen mana pun sejauh ini dan untuk membuktikannya saya siap untuk mengikuti Olimpiade Tokyo. Pemikiran saya terfokus pada pelatihan dan persiapan yang tepat untuk tampil di acara penting ini," kata dia.
Ia menceritakan jatuh cinta pada permainan basket pada usia lima tahun dan belajar dari kakak perempuannya. Orang tuanya pun membantunya untuk mengatur waktu antara belajar dan pelatihan.
"Itu semua berkat ibu saya, yang mengelola secara ketat sampai saya mencapai universitas dan belajar teknik sipil. Itu sulit, terutama karena ini adalah bidang yang membutuhkan belajar keras dan mengerahkan banyak tenaga secara mental,” kata dia.
Saat ini ia sangat ingin memamerkan keterampilan dan pengalamannya di Olimpiade. Ia mulai sebagai pemain dan beralih menjadi wasit pada usia 16 tahun. Ia mengaku memiliki hasrat yang besar untuk memahami peraturan tentang olah raga tersebut secara lebih mendalam.
"Keluarga saya sangat mendukung. Merasa bertanggung jawab. Menjadi wanita Arab dan Afrika pertama yang menjadi wasit pertandingan 3-lawan-3 di Olimpiade adalah hal yang positif. Tidak ada tekanan pada saya dan saya yakin bahwa langkah ini akan membuka jalan bagi wasit wanita Arab dan Afrika lainnya," kata dia.