Rabu 19 May 2021 13:35 WIB

Mengenal Tradisi Kupatan Sepekan Setelah Lebaran

Warga selalu menyelenggarakan lebaran ketupat setiap tujuh hari setelah Idulfitri.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Pembuat sekaligus penjual musiman merapikan cangkang ketupat
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Pembuat sekaligus penjual musiman merapikan cangkang ketupat

IHRAM.CO.ID, MALANG -- Penganan kupat atau ketupat selalu dikaitkan dengan perayaan hari besar umat Muslim, Idulfitri. Bahkan, masyarakat Jawa Timur (Jatim) memiliki tradisi lebaran ketupat yang biasanya dilaksanakan sepekan setelah Idulfitri.

Warga Tumpang, Kabupaten Malang, Sumarlik selalu menyelenggarakan lebaran ketupat setiap tujuh hari setelah Idulfitri. Pada tahun ini, tradisi kupatan rencananya akan diselenggarakan pada Jumat (21/5).

Menurut Sumarlik, tradisi kupatan sudah ada sejak dia masih kecil. Bahkan, telah dilaksanakan sejak generasi kakek-neneknya di masa lampau. "Dan perayaannya itu biasanya dilakukan secara sederhana," kata perempuan kelahiran 1975 ini kepada Republika, Rabu (19/5).

Kegiatan di Lebaran Ketupat di Tumpang biasanya lebih pada memanjatkan doa. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kalangan pria dewasa ini dibalut dengan tradisi 'kajatan' atau hajatan.

Lebih detail, satu kampung biasanya dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok akan menyajikan ketupat, lontong, lepet dan sayur. Penganan ini nantinya dibawa pulang oleh masing-masing keluarga yang hadir dalam kelompok tersebut.

Mengenai menu pendamping ketupat, Sumarlik memastikan, tidak ada bedanya dengan daerah lain. Penganan ini biasanya didampingi opor ayam, sayur lodeh dan oyek.

Oyek sendiri terbuat dari sangrai kelapa dilengkapi dengan bumbu petis. "Semacam rujak, tapi ini nggak dari kacang. Terus dilengkapi sayur seperti kecambah dan tambahan tahu biasanya," ucap ibu dari dua anak perempuan ini.

Berbeda dengan di Tumpang, warga Dusun Kantep, Kecamatan Sumberejo, Bojonegoro, Siti Asiyah (58) justru merayakan tradisi kupatan di masjid. Kegiatan ini biasanya dibalut dengan doa dan makan ketupat bersama di masjid. Tradisi ini rencananya akan dilaksanakan pada Rabu (19/5) setelah shalat isya.

Menu pendamping ketupat yang disuguhkan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Ada opor ayam, sayur tahu, lodeh dan sebagainya  Penganan yang dibawa dari warga setempat ini bisa dibawa pulang oleh masyarakat yang hadir di masjid.

Menurut Asiyah, menu pendamping ketupat yang beda di daerahnya lebih pada penyajian sambal urap. Kemudian ada sambal cos atau makanan yang terbuat dari kelapa lalu dimasak dengan menggunakan pecahan genteng. Selain itu, juga ada sambal deplok yang dibuat dengan cara ditumbuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement