IHRAM.CO.ID, ISLAMABAD -- Puluhan ribu demonstran di Pakistan pada Jumat (21/5) mengecam serangan Israel di Gaza, bertepatan dengan Hari Solidaritas Palestina.
Ketua Majelis Nasional Asad Qaiser dan Ketua Senat Sadiq Sanjrani memimpin pawai damai di Islamabad di depan gedung parlemen yang juga dihadiri oleh anggota parlemen, jurnalis dan anggota masyarakat sipil.
Para pengunjuk rasa mengutuk agresi Israel dan menyatakan solidaritas dengan perjuangan Palestina.
“Suara rakyat Palestina tidak bisa dibungkam, masalah Palestina adalah masalah seluruh umat Islam,” kata Qaiser seperti dilansir Anadolu Agency.
Dia mendukung seruan Presiden Palestina Mahmoud Abbas kepada dunia, dan menegaskan Pakistina akan terus mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Anggota parlemen Pakistan juga menunjukkan solidaritas dengan Kashmir dan mengutuk kekerasan pasukan India terhadap orang-orang Kashmir di wilayah yang dikelola India.
“21 Mei adalah hari kelam dalam sejarah IIOJK [Jammu dan Kashmir yang Diduduki Secara Ilegal India]. Hari ini, 31 tahun yang lalu pada tahun 1990, pemimpin gerakan kemerdekaan Kashmir Mirwaiz Maulvi Muhammad Farooq menjadi martir di Srinagar. Pasukan pendudukan ilegal melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa pada pemakamannya, membunuh lebih dari 70 warga Kashmir," kata Penasihat Keamanan Nasional Pakistan, Moeed Yusuf.
"Saat ini lebih banyak lagi pemimpin Kashmir masih ditahan di IIOJK. Setiap orang Pakistan merasakan sakitnya dan berbagi keinginan mereka untuk kebebasan," tambah Yusuf.
Kemudian, pemimpin oposisi Shehbaz Sharif, bersama dengan pemimpin pemerintah dan partai oposisi, tiba di pertemuan PBB dan mempresentasikan resolusi bersama dari Majelis Nasional Pakistan.
Majelis Nasional Pakistan - majelis rendah parlemen - dengan suara bulat mengadopsi resolusi pada hari Senin yang mengutuk agresi Israel terhadap Palestina dan pembunuhan ratusan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, dalam pemboman yang sedang berlangsung di Gaza.
Demonstrasi terbesar di seluruh negeri
Sementara itu, unjuk rasa besar juga digelar di ibu kota Islamabad, Lahore, Peshawar, Quetta, Faisalabad, Multan, Hyderabad dan kota-kota lain yang diorganisir oleh Jamaat-e-Islami (JI), dan Jamiat Ulema-e-Islam (JUI), dua partai politik utama berbasis agama di Pakistan.
Di Islamabad, ribuan orang berunjuk rasa di bundaran ibu kota D-Chowk yang terkenal, kurang dari satu mil dari Gedung Parlemen, untuk mengekspresikan solidaritas dengan warga Palestina.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-Israel, sambil membawa bendera Palestina, spanduk dan poster bergambar anak-anak, orang yang terluka dan bangunan yang hancur.
Ketua JI Sirajul Haq mengutuk keras serangan udara Israel di Gaza dan Al-Aqsa, juga mengatakan Israel melakukan "terorisme dan kejahatan perang" dengan membunuh lebih dari 250 orang tak bersalah, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak.
Dia menambahkan hari ini jutaan orang Pakistan turun ke jalan di lebih dari 200 kota kecil dan besar di seluruh negeri untuk menunjukkan solidaritas dengan saudara laki-laki dan perempuan Muslim mereka.
Haq juga mengumumkan mengadakan "pawai jutaan" di Karachi pada 23 Mei dan Peshawar barat laut pada 30 Mei, untuk menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina.
"Kami berhubungan dengan semua gerakan Islam di seluruh dunia dan tidak akan pernah meninggalkan Palestina sendirian," kata Haq.
Di Peshawar, kepala JUI Maulana Fazlur Rehman, saat berpidato di unjuk rasa besar di barat laut kota Peshawar, mengkritik AS karena perannya dalam memveto upaya Dewan Keamanan PBB terhadap Israel.
"Terorisme yang berlanjut di bawah naungan Amerika Serikat ini merupakan bukti bahwa Amerika Serikat adalah teroris terbesar," kata Rehman.
Dia menambahkan bahwa agresi Israel terhadap Masjid Al-Aqsa adalah agresi terhadap seluruh umat atau komunitas Islam.
"Kekuatan dunia yang membungkam barbarisme Israel adalah kejahatan keji. Negara-negara Islam perlu menunjukkan persatuan dan memberikan dukungan kepada rakyat Palestina," tambahnya.
Korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejak 10 Mei telah meningkat menjadi 243, termasuk 39 wanita dan 66 anak-anak, kata Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza pada hari Jumat.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas, kelompok perlawanan Palestina, mulai berlaku pada pukul 2 pagi hari Jumat (2300GMT Kamis).
Gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir terjadi setelah 11 hari serangan udara Israel di Jalur Gaza yang diblokade yang meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh wilayah pantai.