Selasa 22 Jun 2021 21:00 WIB

Pergantian Nama Jakarta dari Masa ke Masa

Pergantian nama Jakarta tak terlepas dari berbagai peristiwa yang menyertainya.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Agung Sasongko
Pekerja mengangkut ondel-ondel raksasa yang akan dipajang di pelataran Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (22/6/2021). Sebanyak sepuluh ondel-ondel raksasa tersebut akan dipamerkan di depan Taman Ismail Marzuki dalam rangka memeriahkan perayaan HUT ke-494 DKI Jakarta.
Foto:

Setelah Fatahilah meninggal, kepemimpinan diserahkan kepada Tubagus Angke dan terakhir kepada Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Pada masa Pangeran Wijayakrama, dia mulai mengadakan perjanjian dagang tahun 1610 dengan VOC.

Empat tahun kemudian, tahun 1614, Gubernur Jenderal VOC van Reijnst mendapat izin mendirikan benteng di sebelah utara keraton dan pada tahun 1618, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memperluas dan membangun kembali benteng sehingga menjadi bangunan yang kokoh.

Tindakan tersebut menimbulkan amarah pangeran. Akibatnya, terjadi pertempuran antara VOC dan pasukan Pangeran Jayakarta. Belanda berhasil menaklukkan Jayakarta pada 30 Mei 1619. Penduduk Jayakarta akhirnya menyingkir ke arah pedalaman sampai ke kaki Gunung Salak dan sebagian ke arah Banten. Sejak itu, nama Jayakarta diganti oleh pimpinan VOC menjadi Batavia.

Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa dampak besar, salah satunya mengganti nama Batavia.  Nama Batavia diubah oleh pemerintah militer jepang. Ini merupakan bagian dari cara Jepang memperoleh simpati bangsa Indonesia tapi juga merupakan kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia untuk menggantikan semua yang berbau Eropa atau Belanda.

Pengaruh kedatangan dan kebijakan Jepang telah memperluas peranan bahasa Indonesia. Jakarta ditetapkan sebagai Tokubetsu Syi atau Kotapradja Istimewa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement