IHRAM.CO.ID, Pemerintah federal Amerika Serikat akan menyelidiki pengawasan masa lalunya terhadap sekolah asrama penduduk asli Amerika atau yang lazim di Indonesia dikenal sebagai suku Indian. Tujuannya adalah untuk "mengungkap kebenaran tentang hilangnya nyawa manusia dan konsekuensi abadi" dari lembaga-lembaga tersebut, yang selama beberapa dekade memaksa ratusan ribu anak-anak dari keluarga dan komunitas mereka. ,
Menteri Dalam Negeri AS Deb Haaland mengumumkan rencana ini pada Selasa (23/6). Pekerjaan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini akan mencakup menyusun dan meninjau catatan selama puluhan tahun untuk mengidentifikasi apa yang terjadi di sekolah asrama masa lalu itu, menemukan lokasi pemakaman yang diketahui dan mungkin di atau dekat sekolah tersebut, dan mengungkap nama dan afiliasi suku siswa.
“Untuk mengatasi dampak antargenerasi dari sekolah asrama India dan untuk mempromosikan penyembuhan spiritual dan emosional di komunitas kita, kita harus menjelaskan trauma masa lalu yang tak terucapkan tidak peduli betapa sulitnya itu,” kata Haaland seperti dilansir Al Jazeera.com.
Keterangan gambar: Gadis-gadis penduduk asli Amerika dari suku Omaha di Carlisle School, Pennsylvania. Di masa lalu puluhan ribu anak warga asli Amerika diambil dari orang tua mereka untuk 'dididik ulang'. Tak jarang mereka mengalami kekerasan hingga pemaksaan hak beragama.
Seorang anggota suku Laguna Pueblo di New Mexico dan penduduk asli Amerika pertama yang menjabat sebagai sekretaris Kabinet, Haaland menguraikan inisiatif tersebut saat berbicara kepada anggota Kongres Nasional Indian Amerika selama konferensi tengah tahun kelompok tersebut.
Dia mengatakan prosesnya akan panjang, sulit dan menyakitkan dan tidak akan menghilangkan patah hati dan kehilangan yang dialami oleh banyak keluarga.
Keterangan foto: Asrama anak laki-laki di Lac du Flambeau di Wisconsin utara, dibangun pada tahun 1895, adalah sisa dan pengingat dari Sekolah Asrama Pemerintah di sana, yang mengambil anak muda asli Amerika dari keluarga mereka dan mencegah mereka berbicara bahasa orang tua mereka [Courtesy: Creative Commons ]