IHRAM.CO.ID, EDINBURGH -- Kelompok Lintas Partai (CPG) Parlemen Skotlandia untuk Mengatasi Islamofobia mengadakan penelitian publik pertama tentang Islamofobia di Skotlandia. Dalam upaya ini, mereka berhasil mengumpulkan 447 tanggapan.
Dari jumlah tersebut, 83 persen responden Muslim mengatakan mereka pernah mengalami Islamofobia secara langsung. Wanita Muslim disebut lebih mungkin menghadapi kondisi ini daripada pihak pria.
Hasil survei juga menemukan 75 persen Muslim mengatakan Islamofobia adalah masalah biasa atau sehari-hari di masyarakat Skotlandia. 78 persen percaya kondisi itu semakin buruk dan angka itu naik menjadi 82 persen dengan penambahan responden Muslim dari kode pos Glasgow.
Dilansir di STV News, Selasa (29/6), para responden ini juga memperingatkan akan serangan verbal dan fisik meningkat, terutama di transportasi umum.
Terkait lokasi paling sering terjadi aksi Islamofobia, mereka menyebut jalan adalah jawaban paling umum. Setelahnya, jawaban terbanyak terjadi di depan ruang publik seperti toko atau restoran dan transportasi umum, lalu di tempat kerja dan tempat pendidikan.
Hanya di bawah sepertiga atau 31 persen responden yang mengatakan mereka pernah mengalami Islamofobia di tempat kerja, 18 persen di sekolah dan 13 persen di perguruan tinggi atau universitas.
Laporan tersebut lantas membuat serangkaian rekomendasi, termasuk Pemerintah Skotlandia diminta harus bekerja mengadopsi definisi formal Islamofobia untuk mempromosikan pemahaman, mendorong pelaporan dan menunjukkan komitmennya untuk mengatasi hal ini.
Tak hanya itu, laporan yang sama juga menyerukan pemerintah secara proaktif mengadopsi pendekatan “tanpa toleransi”, mendukung inisiatif merekrut lebih banyak petugas polisi dari dalam komunitas Skotlandia yang beragam, serta mengintegrasikan pemahaman tentang Islamofobia ke dalam komponen wajib kurikulum pendidikan Skotlandia dan pendidikan pelatihan guru.
Pemerintah diminta mendanai dan mendukung inisiatif mendidik orang Skotlandia tentang kerusakan yang diakibatkan Islamofobia terhadap masyarakat Skotlandia.
Ketua CPG dan pemimpin Buruh Skotlandia, Anas Sarwar mengatakan pihaknya bangga menjadi negara yang menerima banyak pihak dan toleran. Tetapi, ia menyadari ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan.
“Ada orang-orang di Skotlandia yang ragu meninggalkan rumah mereka karena takut akan serangan baik secara fisik maupun verbal. Mereka menarik diri dari layanan publik dengan konsekuensi menghancurkan pada akses kesehatan dan pendidikan, serta merasa mereka adalah orang luar di negara mereka sendiri," kata dia.
Adanya hasil survei ini disebut harusnya membuat negara dan bangsa malu. Saat ini, ia menyebut setiap pihak harus melipatgandakan upaya untuk menantang dan mengatasi kebencian dan prasangka.