Kamis 15 Jul 2021 08:00 WIB

Pesona Masjid Agung Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa salah satu jejak peninggalan Wali Songo.

Rep: Hazanul Riqza/ Red: Agung Sasongko
Muslim traveller Mira Achiruddin di depan gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon.
Foto:

Terlepas dari soal keterangan tahun berdirinya, masjid tersebut merekam memori sejarah dakwah Islam yang dilakukan para wali. Tidak mengherankan bila masyarakat setempat terus merawat tradisi yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Misalnya, budaya azan pitu. 

Seperti tampak dari namanya, tradisi itu harfiahnya berarti `mengumandangkan azan.' Namun, yang dimaksud ialah bukan azan seperti biasa. Pasalnya, ada tujuh orang muazin sekaligus yang mengumandangkan panggilan shalat itu.Ada kisah yang melatari lahirnya kebiasaan kultural tersebut.

 

photo
Tujuh orang muazin mengumandangkan Azan sebelum shalat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa di Kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (27/3/2020). Tradisi Azan pitu yang dikumandangkan oleh tujuh orang muazin tersebut dipercaya sebagai pengangkal musibah - (Antara/Dedhez Anggara)

Konon, dahulu kala ada seorang pendekar sakti yang bernama Aji Menjangan Wulung. Pengamal ilmu hitam ini kerap kali mengganggu kaum Muslimin. Sebab, dirinya membenci agama Islam.Dari hari ke hari, kebenciannya itu kian akut.

Akhirnya, Aji Menjangan menjadikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai sasaran. Ia memanjat dinding dan bertengger di atas tempat ibadah ini. Setiap muazin yang hendak menyuarakan azan diserangnya. 

Kaum Muslimin pun resah. Begitu mengetahui kejadian tersebut, Sunan Gunung Jati langsung mengundang para ulama setempat untuk bermusyawarah. Setelah memohon petunjuk Allah SWT, mereka pun menyepakati solusi.

Sunan Gunung Jati menunjuk tujuh orang untuk menjadi muazin serentak. Mereka ditugaskannya untuk mengumandangkan azan secara bersama-sama. Suara azan yang dilantunkan serempak itu menyebabkan Aji Menjangan kebingungan.

Pembuat onar ini hilang akal karena tidak tahu arah sumber suara. Akhirnya, sosok pembenci Islam tersebut lari terbirit-birit. Sejak itu, masjid tersebut tidak pernah diganggu lagi.

Itu adalah sepenggal kisah dari salah satu tradisi unik di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.Dahulu azan dengan cara demikian dilantunkan setiap hendak shalat lima waktu. Akan tetapi, tradisi tersebut pada saat ini hanya dilakukan pada momen shalat Jumat, yaitu azan pertama. 

Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga berkaitan dengan narasi wafatnya Syekh Siti Jenar. Sufi yang hidup pada abad ke-16 itu dituding telah menyebarkan ajaran sesat. Karena itu, otoritas setempat yang didukung Wali Songo lalu menjatuhkan hukuman mati atasnya.

Pelaksanaan eksekusi digelar di area kompleks Keraton Kasepuhan, dekat masjid tersebut. Konon, senjata yang digunakan untuk meng habisi nyawa sang salik ialah keris Kaki Kantanaga milik Sunan Gunung Jati.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement