Jumat 16 Jul 2021 20:14 WIB

Batam Optimalkan Penanganan Covid-19 di Asrama Haji

Keterisian ruang isolasi di rumah sakit nyaris 80 persen.

Batam Optimalkan Penanganan Covid-19 di Asrama Haji. Sejumlah pasien COVID-19 berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG) berolahraga di kawasan pusat karantina Asrama Haji Batam, Kepulauan Riau, Rabu (2/6/2021). Olahraga pagi yang dilakukan rutin setiap hari oleh 554 pasien tersebut untuk meningkatkan imunitas tubuh selama menjalankan isolasi.
Foto: ANTARA /Teguh Prihatna
Batam Optimalkan Penanganan Covid-19 di Asrama Haji. Sejumlah pasien COVID-19 berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG) berolahraga di kawasan pusat karantina Asrama Haji Batam, Kepulauan Riau, Rabu (2/6/2021). Olahraga pagi yang dilakukan rutin setiap hari oleh 554 pasien tersebut untuk meningkatkan imunitas tubuh selama menjalankan isolasi.

IHRAM.CO.ID, BATAM -- Pemerintah Kota Batam Kepulauan Riau berencana mengoptimalkan penggunaan asrama haji sebagai tempat pelayanan kesehatan warga, terutama yang terinfeksi Covid-19, seiring meningkatnya tempat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit.

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyatakan tingkat BOR di seluruh rumah sakit di daerahnya terus meningkat. Untuk ruang ICU mencapai sekitar 79 persen, begitu pula ruang isolasi sudah nyaris 80 persen.

Baca Juga

"Artinya, rata-rata sekarang dari 2.151 tempat tidur yang tersedia itu hanya tersisa 430 tempat tidur lagi sehingga sudah diperlukan langkah antisipasi agar masyarakat kita bisa dilayani," kata Amsakar, Jumat (16/7).

Amsakar menyatakan terdapat dua opsi penggunaan asrama haji untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan warga, yaitu disiapkan menjadi rumah sakit darurat atau instalasi gawat darurat sebagai transit bagi pasien sambil menunggu hasil PCR dan ditempatkan ke rumah sakit rujukan.

"Pertama, kita siapkan asrama haji sebagai rumah sakit darurat, tapi masih butuh sejumlah hal, terutama tenaga medis, alat kesehatan dan obat-obatan," kata dia.

Ia meminta jajarannya menghitung biaya yang harus dikeluarkan apabila asrama haji menjadi rumah sakit darurat. Untuk tenaga medis, ia mengatakan bisa saja mengambil dari petugas di puskesmas, terutama yang tidak terlalu sibuk, seperti bertugas di pulau-pulau penyangga.

Opsi kedua, menjadikan asrama haji sebagai tempat transit bagi pasien sebelum menempatkan ke rumah sakit. "Artinya, itu yang kita jadikan IGD menjelang hasil PCR keluar. Setelah keluar, mana rumah sakit yang kosong baru kita distribusikan," katanya.

Menurut dia, terdapat jeda waktu penanganan pasien yang datang ke rumah sakit demi memastikan apakah mereka terinfeksi virus corona atau tidak melalui pemeriksaan tes usap PCR. "PCR ini perlu waktu 1-2 hari, di situ kesenjangannya. Harapan kita, dengan kebijakan ke depan, tidak ada lagi masyarakat tidak terlayani," kata dia.

Dalam kesempatan itu, ia meminta warga memahami kerja keras yang dilakukan tenaga medis dalam melayani masyarakat. Apalagi, jumlah warga yang dinyatakan terpapar setiap harinya meningkat drastis hingga rata-rata 312 orang per hari sejak sepekan terakhir.

"Sekarang era bagi kita menahan diri, tidak usah saling menyalahkan, karena kita perlu energi positif keluar dari wabah ini," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement