IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Nama KH Ridwan Abdullah tak absen dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Kiai Ridwan pernah bergabung dalam barisan Laskar Sabilillah. Pengorbanannya selama zaman pergerakan dinilai cukup besar.
Bahkan, salah seorang putranya yang menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) gugur di medan perang saat melawan penjajah.
Pada 1948, Kiai Ridwan pun ikut memanggul senjata untuk menghalau musuh yang mengancam kedaulatan Republik Indonesia. Sempat ia dan pasukan Sabilillah terpukul mundur hingga ke Jombang.
Sesudah RI memperoleh pengakuan kedaulatan, kiprahnya kembali ke dunia pendidikan. Bagaimanapun, saran dan nasihatnya tetap ditujukan bagi kepentingan nasional. Sebagai contoh, ia terma suk yang mengusulkan agar para syuhada dalam Peristiwa 10 November 1945 dimakamkan di kompleks tersendiri-yang kelak dinamakan sebagai Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa.
Dalam berbagai literatur, Kiai Ridwan kerap dikategorikan sebagai seorang kiai yang intelektual. Pergaulannya memang tidak sebatas hanya dengan para ulama, tetapi juga tokoh-tokoh nasionalis pada zaman pergerakan. Sebut saja, Sukarno, dr Sutomo (pendiri Budi Utomo), dan HOS Tjokroaminoto (pemimpin Sarekat Islam). Ia bersahabat erat dengan para figur tersebut, utamanya dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia.