Kamis 22 Jul 2021 09:19 WIB

KH Abdul Halim Menggerakan Wirausaha (II-Habis)

KH Abdul Halim menulis risalah Economie dan Cooperatie dalam Ajaran Islam (1936).

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
UMKM penerima KUR, ilustrasi
Foto:

Visi 

Visi KH Abdul Halim begitu komprehensif untuk memajukan pola pikir dan ekonomi kaum Muslim. Pada April 1932, dia mendirikan lembaga pendidikan Santi Asromo di Desa Pasirayu, Kecamatan Sukahaji, Majalengka. Dasar gagasan pendirian Santi Asromo, menurut dia, diambil dari Alquran surah al-Mu'minum ayat 12-14, yang intinya bahwa pokok penghidupan manusia adalah pertanian.

Maksudnya, Santi Asromo difungsikan bukan hanya sebagai pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, melainkan kemampuan praktis, utamanya di bidang pertanian, kepada para santri.

Hal ini sekaligus sebagai respons KH Abdul Halim atas fenomena lesunya ekonomi dunia, Malaise 1929, ketika banyaknya pengangguran dari kalangan terdidik. Selain mengambil inspirasi utama dari Alquran, KH Abdul Halim juga dipengaruhi gagasan dari guru-gurunya semasa belajar di Tanah Suci, yakni Thantawi Jauhari dan Syakib al-Arslan.

Miftahul Falah menyebutkan, sang kiai juga dipengaruhi pemikiran sastrawan agung India, Rabindranath Tagore, yang mendirikan Shantiniketan. Menurut Tagore, aktivitas pendidikan akan jauh lebih berhasil bila dilaksanakan di tempat yang tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Begitu pula dengan lokasi Santi Asromo.

Perjuangan KH Abdul Halim terus berlanjut pada zaman pendudukan Jepang. Pada awalnya dia termasuk kalangan ulama yang dapat terpedaya propaganda Jepang sebagai saudara tua Indonesia sehingga cenderung bersikap kooperatif. Namun, Jepang mulai tampak otoriter dengan membekukan sejumlah organisasi sosial dan politik, termasuk Persjarikatan Oelama (PO).

 

Pada 7 Mei 1962, KH Abdul Halim wafat dalam usia 74 tahun. Jasadnya dimakamkan di Majalengka, Jawa Barat. Dia meninggalkan tujuh orang anak dan seorang istri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement