IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Makassar saat itu menjadi bagian dari Kesultanan Gowa. Islam tidak hanya diakui sebagai agama resmi. Penguasa setempat ikut menyokong perkembangan dakwah di wilayahnya.
Istana mendukung dan melindungi alim ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Sekolah-sekolah tradisional keagamaan didirikan di pelosok-pelosok daerah.
Dalam situasi seperti itu, keluarga Muhammad Yusuf membesarkan anak-anaknya. Syekh Muhammad Yusuf al-Makassar lahir di Moncong, Loe, Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626.
Mengutip Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, ibundanya merupakan keturunan raja Gowa. Adapun ayahandanya berasal dari kalangan petani biasa yang taat beragama.
Setelah melakukan pengembaraan ilmu selama masa remaja di Makkah, Madinah, dan Hadramaut, Yaman, Syekh Yusuf, menurut sejumlah sumber, kembali ke Banten yang juga pernah menjadi tempatnya belajar ilmu agama.
Banten sejak pertama kali dibentuk oleh Sunan Gunung Jati selalu tampil konfrontatif terhadap Belanda. Di Pulau Jawa, Batavia (kini Jakarta) menjadi pusat bangsa Eropa itu dalam mengendalikan monopoli komoditas ekspor nusantara, khususnya rempah-rempah.
Tidak jarang mereka memakai kekuatan militer sehingga Banten membalasnya setimpal dengan mengerahkan pasukan-pasukan tempur. Kendati begitu, pertempuran antara keduanya juga diselingi rupa-rupa gencatan senjata.