Selasa 27 Jul 2021 18:52 WIB

KH Saleh Darat, Guru Pesantren-Pesantren (I)

KH Saleh Darat dijuluki sebagai guru pesantren-pesantren.

Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Selanjutnya, Saleh mengembara ke Kudus untuk menemui KH M Saleh bin Asnawi untuk belajar Tafsir Jalalain. Usai dari sana, dia kembali ke Semarang untuk menuntut ilmu nahwu, sharaf, ilmu falak, dan karya-karya Imam Ghazali, kepada berturut-turut KH Ishak Damaran, KH Abu Abdillah, dan Sayyid Ahmad Bafaqih Ba'lawi.

Sebelum melanjutkan langkahnya, Saleh bertemu dengan Syekh Abdul Ghani Bi ma di Semarang untuk mengkaji kitab Ma sail al-Sittin karya Abu Abbas Ahmad al-Mishri. Akhirnya, dia tiba di Purworejo untuk menimba ilmu tasawuf dan tafsir Alquran dari Mbah Ahmad Alim.

Kesempatan besar tiba. Saleh dan ayahnya bersiap-siap untuk menunaikan ibadah haji. Mereka harus menghindari blo kade Belanda di perairan Nusantara. Apalagi, Kiai Umar merupakan simpatisan Pangeran Diponegoro sehingga besar kemungkinan pergerakannya telah diawasi intel.

Dari Jawa, bapak dan anak ini harus terlebih dahulu transit untuk waktu yang cukup lama di Singapura. Setelah situasi aman, baru kemudian mereka menuju Haramain pada 1835.

Perjalanan haji selanjutnya diarungi de ngan baik. Akan tetapi, Kiai Umar kemu dian meninggal dunia di Tanah Suci. Eng gan larut dalam kesedihan, Saleh memutuskan untuk tinggal sementara di Makkah. Niatnya untuk melanjutkan pelajaran ilmu-ilmu agama.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement