Senin 02 Aug 2021 03:52 WIB

Topografi Arab Saudi Dianggap Cocok untuk Amati Bintang

Topografi Arab Saudi Dianggap Cocok untuk Amati Bintang

Rep: Flori Sidebang/ Red: Muhammad Hafil
 Topografi Arab Saudi Dianggap Cocok untuk Amati Bintang. Foto:  Lokasi wisata di Harub, Jazan Timur, Arab Saudi.
Foto: Arab News
Topografi Arab Saudi Dianggap Cocok untuk Amati Bintang. Foto: Lokasi wisata di Harub, Jazan Timur, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA – Ukuran dan keadaan topografi yang beragam membuat Arab Saudi menjadi lokasi yang ideal bagi para penggemar astronomi. Kondisi gunung, lembah, bukit pasir, dataran, dan gurunnya yang luas merupakan tempat pelarian yang sempurna bagi orang-orang yang mencoba menghindari terangnya cahaya lampu kota untuk mengamati langit malam.

Dilansir dari laman Arab News, seorang peneliti astronomi bernama Mulham Hindi mengatakan, tempat terbaik untuk mengamati langit malam adalah jauh dari polusi cahaya yang ditimbulkan oleh pemukiman manusia. “Yang terbaik juga berada di lokasi di mana tutupan awan rendah. Dengan medan yang berbeda dan ukurannya yang besar, Arab Saudi adalah tempat yang cocok untuk mengamati bintang dan bahkan membangun observatorium,” kata Hindi seperti dikutip, Ahad (1/8).

Baca Juga

Ia mengungkapkan, banyak lokasi di Arab Saudi yang menjadi tempat sempurna bagi para astronom dan pengamat bintang. Mengutip Bani Malik, salah satu contoh lokasi utamanya berada 150 kilometer arah selatan Taif. “(Ketingginan di atas permukaan laut) daerah pegunungan itu mengurangi persentase kelembaban dan ketidakmurnian atmosfer. Penutup awan sepanjang tahun kurang dari 25 persen,” jelasnya.

Hindi juga menyebutkan, Gunung Al-Firah, di sebelah barat Madinah sebagai salah satu daerah terbaik untuk melihat bintang. Sebab, gunung tersebut diperkirakan berdiri pada ketinggian 6 ribu kaki atau setara 1.828 meter di atas permukaan laut.

“Dengan cuaca moderat mereka, wilayah barat laut Kerajaan – yang meliputi AlUla, Proyek Laut Merah, dan NEOM – termasuk di antara daerah dengan polusi cahaya paling sedikit. (Jadi) para pengamat bintang secara teratur mengunjungi lokasi ini,” ujarnya.

Dia menjelaskan, pengamatan bintang dan planet telah mengakar dengan kuat dalam budaya Arab Saudi. Khususnya dalam gaya hidup nomaden yang lazim di Jazirah Arab, sebelum ditemukannya minyak.

“Bintang (disebutkan dalam) banyak puisi Arab yang disusun ratusan tahun lalu dan masih dikutip sampai sekarang. Ini juga merupakan bagian dari budaya Saudi untuk mengamati bintang saat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terutama di daerah gurun,” ungkapnya.

Hindi juga mencatat bahwa langit malam di atas Kerajaan telah menjadi subjek populer bagi para fotografer dalam beberapa tahun terakhir. “Para fotografer ini telah memperkaya pameran dengan foto-foto yang sangat indah dari langit berbintang Kerajaan, medannya yang khas dan situs warisannya,” tutur dia.

Sementara itu, dari perspektif ilmiah, ia menyampaikan, perkembangan dan popularitas astronomi yang semakin meningkat telah mendorong para astronom Saudi untuk meneliliti planet, galaksi, dan bintang lebih serius dibandingkan dengan sebelumnya. Kemudian menghasilkan kajian dan penelitian ilmiah yang dapat secara signifikan berkontribusi terhadap ilmu mengenai astronomi.

Di sisi lain, menurut Kepala Masyarakat Astronomi Qatif, Dr Anwar Al-Mohammed, Bima Sakti (Milky Way) adalah salah satu fenomena astronomi terbaik untuk diamati. “Ini adalah galaksi tempat tata surya kita berada. (Terdiri dari) lebih dari 100 miliar massa matahari,” jelas dia.

“Pada malam hari, Bima Sakti muncul sebagai pita cahaya di langit dan penampakannya berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya berdasarkan tingkat polusi cahaya,” sambungnya menjelaskan.

Al-Mohammed mencatat bahwa Perusahaan Pengembangan Laut Merah saat ini sedang bekerja untuk mengubah area wilayah Tabuk antara Provinsi Umluj dan Al-Wajh menjadi lokasi ‘cadangan cahaya bintang internasional’ dengan membatasi penggunaan pencahayaan tidak alami dalam Proyek Laut Merah pada malam hari. Hal ini, kata dia, dapat memenuhi syarat kawasan itu sebagai Cagar Langit Gelap Internasional. Artinya, wilayah yang dicirikan oleh kualitas luar biasa atau istimewa dari malam berbintang dan lingkungan nokturnal yang secara khusus dilindungi untuk ilmu pengetahuan, alam, pendidikan, budaya, warisan dan/atau kesenangan publik yang memerlukan persetujuan dari International Dark-SKY Association (IDA).

“Jika kawasan itu diberikan keanggotaan, maka kawasan tersebut akan bergabung dengan lebih dari 100 situs internasional yang telah mematuhi langkah-langkah ketat ketika mendukung komunitas mereka untuk mencapai tujuan ini, dan memulihkan hubungan luar biasa antara umat manusia dan bintang-bintang,” ujar dia.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement