Masa silam Banten sulit tergambarkan tanpa melihat reruntuhan Keraton Suro sowan dan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Di reruntuhan fondasi dan sisa bangunan keraton mencakup wilayah yang sangat luas. Di sana ada bekas taman, kolam, dan kamar yang dilengkapi pemandian pribadi keluarga kerajaan. Bisa terbayangkan betapa megahnya Keraton Surosowan saat berdiri tegak.
Saat memasuki Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, terasa berselancar ke masa lampau. Di halaman museum terdapat meriam Ki Amuk yang beratnya sampai 7 ton dan panjangnya 341 cm. Pada bagian tubuh meriam terdapat tulisan menggunakan huruf Arab.
Tulisan tersebut jika diterjemahkan artinya, buah kebaikan adalah keselamatan iman. Tidak ada pemuda kecuali Ali, tidak ada pedang kecuali Zulfaqar, sabarlah atas huru-hara (cobaan perang), tidak ada kematian kecuali karena ajal. Meriam 'kembaran' Si Jagur yang menghuni Museum Fatahillah, Jakarta, ini konon dulu dipergunakan untuk menjaga Pelabuhan Karanghantu di Teluk Banten.
Kita pun masih bisa melihat beberapa perkakas yang digunakan masyarakat Banten Lama di masa lalu di dalam museum. Perkakas tersebut ada yang terbuat dari logam, gerabah, dan lain sebagainya. Hal yang dapat membantu memahami kehidupan pada abad ke-16 adalah melihat ber bagai gambar dan tulisan yang menceritakan kehidupan masyarakat pada masa keemasan Kesultanan Banten.