IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memutuskan menurunkan jumlah pegawainya di Kedutaan Besar di Kabul, Afghanistan. Keputusan ini diambil setelah tanpa disangka Taliban berhasil merebut banyak wilayah. AS mengerahkan 3.000 pasukan untuk membantu proses evakuasi.
Berita ini menunjukkan harapan Washington untuk menghentikan Taliban dengan diplomasi dan mempertahankan Ibukota Kabul telah menyusut. Asesmen intelijen AS pekan ini menyimpulkan Taliban dapat mengepung Kabul dalam 30 hari dan merebutnya dalam 90 hari.
"Setiap hari kami mengevaluasi situasi keamanan untuk menentukan bagaimana menjaga mereka yang bekerja di kedutaan tetap aman," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Jumat (13/8).
"Kami memprediksi untuk menurunkan kehadiran diplomasi inti di Afghanistan dalam beberapa pekan ke depan," tambahnya.
Price menegaskan AS tidak menutup kedutaannya di Afghanistan. Namun salah satu sumber yang mengetahui isu ini mengatakan tidak ada jaminan kedutaan tetap dibuka.
Salah satu sumber mengatakan Presiden Joe Biden memerintahkan penarikan diplomat ini dalam rapat dengan penasihat keamanannya Kamis (12/8) kemarin mengenai Afghanistan. Ia mengikuti rekomendasi mereka untuk melakukannya.
Sumber tersebut mengatakan AS mungkin perlu menempatkan lebih banyak pasukannya untuk bertempur dalam perang sipil di Afghanistan bila hendak mempertahankan kehadirannya di negara itu. Sementara AS akan menarik pasukannya dari Afghanistan setelah berperang selama 20 tahun di negara itu.
Keputusan mengurangi personil kedutaan mendorong strategi Washington dalam mempengaruhi proses perdamaian di Afghanistan lewat bantuan kemanusiaan dan diplomasi dipertanyakan. Pemerintah AS tidak menetapkan sampai kapan jumlah pegawai kedutaan dikurangi.
Sementara Biden mengerahkan pasukan tambahan ke Afghanistan untuk membantu proses evakuasi personil diplomatik. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan gelombang pertama pasukan tambahan mungkin akan tiba di bandara Kabul dalam 24 hingga 48 jam ke depan.
Sekitar 3.500 pasukan tambahan AS akan dikirimkan dari Fort Bragg, North Carolina untuk berjaga-jaga bila situasi memburuk. Sementara 1.000 personil membantu proses warga Afghanistan untuk menjalani proses imigrasi khusus. Militer AS kerap mengerahkan pasukannya untuk membantu warga sipil menyingkir dari zona perang.
"Saya tidak tahu berapa banyak pilihan yang tersisa, apa yang tersisa antara Kabul dan Taliban," kata mantan Duta Besar AS untuk Afghanistan, dari 2005 hingga 2007, Ronald Neumann.
Beberapa anggota parlemen dari Partai Republik yang menentang keputusan Biden menarik pasukan dari Afghanistan menilai saat ini gagasan yang bagus untuk menambah jumlah pasukan ke negara itu. Terutama untuk menjaga kedutaan besar.
"Pemerintah Biden harus bergerak secepat mungkin untuk membantu warga sipil Amerika dan Afghanistan keluar dari negara itu secepat mungkin," kata anggota Komite Layanan Angkatan Bersenjata Senat AS, Jim Inhofe.
Diperkirakan masih ada sekitar 1.400 staf di Kedutaan Besar AS di Kabul. Pemerintah mengatakan jumlahnya akan dikurangi 'signifikan'. Misi militer AS di Afghanistan dijadwalkan berakhir pada 31 Agustus, hanya menyisakan 650 tentara untuk menjaga bandara dan kedutaan di negara itu.
Salah satu sumber mengatakan Washington tidak mengandalkan kesepakatan pembagian kekuasaan antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban tapi ingin menghentikan pertempuran. Sumber tersebut menambahkan AS sudah menegaskan pada Taliban akan ada konsekuensi bila ada warga AS yang tidak selamat.
"Sementara situasi di Afghanistan kain memburuk, strategi kami di kawasan terus berkembang, keamanan dan keselamatan personil Amerika Serikat selalu menjadi yang utama," kata Ketua Komite Angkatan Bersenjata House of Representative AS, Adam Smith.