Selasa 17 Aug 2021 05:07 WIB

Ashraf Gani Kabur ke Tajikistan dengan Gondol Berkoper Uang

Saking banyaknya uang yang digondol Ghani sampai ditinggal begitu saja di bandara.

 Seorang pejuang Taliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. Militer AS telah mengambil alih wilayah udara Afghanistan saat berjuang untuk mengelola evakuasi yang kacau setelah Taliban masuk ke ibu kota.
Foto: AP/Rahmat Gul
Seorang pejuang Taliban duduk di belakang kendaraan dengan senapan mesin di depan gerbang utama menuju istana kepresidenan Afghanistan, di Kabul, Afghanistan, Senin, 16 Agustus 2021. Militer AS telah mengambil alih wilayah udara Afghanistan saat berjuang untuk mengelola evakuasi yang kacau setelah Taliban masuk ke ibu kota.

IHRAM.CO.ID, Mantan pemimpin Afghanistan yang didukung Barat, Ashraf Ghani, meninggalkan negaranya dengan begitu banyak uang sehingga tidak bisa muat di helikopternya. Bahkan saking banyaknya uang yang akan di dia terpaksa meninggalkan sejumlah koper berisi uang di bandara.

Perilaku tak terpuji Ashraf Ghani ini di kisahkan seorang diplomat dari Kedutaan Besar Rusia di Kabul. Berbicara kepada RIA Novosti, juru bicaranya Nikita Ishchenko menyebut pelarian Ghani sebagai "karakterisasi fasih" dari jatuhnya "rezim."

“Empat mobil diisi uang. Mereka mencoba memasukkan semua uang ke dalam helikopter, tetapi tidak semuanya cocok. Sebagian uangnya dibiarkan tergeletak di aspal,” jelasnya, tanpa merinci bagaimana dia memperoleh informasi tersebut.

Sepertu dilansir RT.COM 'kegagalan' AS di Afghanistan dengan menyerahkan negara itu kepada Taliban, kata Moskow, diklaim dan menjadi bukti bahwa 'hegemoni' Amerika menurun saat Rusia dan China meningkat. Dan Ghani menjadi presiden Afghanistan pada September 2014 yang menandai pertama kalinya dalam sejarah negara itu kekuasaan dialihkan secara demokratis.

Sejak pemilihannya, Ghani telah menikmati hubungan dekat dengan AS, yang telah memompa hampir satu triliun dolar ke negara itu. Menurut sebuah studi tahun 2019 oleh Brown University di AS, Washington telah menghabiskan sekitar $978 miliar di Afghanistan dan Pakistan sejak 2001.

photo
Helikoper lepas landas dari Kedutaan besar AS di Kabul. Terindikasi sebelum ke Tajikstan Asrfaf Ghani sempat sembunyi di sana sebelum p kabur ke Takistan. - (Google.com)

 

 

Situasi di Afghanistan telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Pada hari Minggu lalu, gerilyawan Taliban memasuki ibu kota, Kabul, dan menyatakan bahwa mereka telah menguasai seluruh negeri. Kelompok ini diakui di Rusia sebagai organisasi teroris.

Pada hari yang sama, Ghani melarikan diri dari negara itu, mengklaim bahwa dia telah mengundurkan diri dan melarikan diri untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota. Menurut laporan awal, dia diterbangkan ke Tajikistan.

Pada hari Senin, juru bicara Taliban Mohammad Naeem menyatakan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir dan menyerukan perdamaian.

Kemenangan Taliban datang setelah AS memutuskan untuk menarik pasukannya dari negara itu. Pada bulan April, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa ia telah memutuskan untuk mengakhiri operasi di Afghanistan – kampanye militer asing yang paling berlarut-larut dalam sejarah AS. Semua pasukan dijadwalkan berangkat pada 11 September, hampir 20 tahun setelah perang dimulai.

Sementara itu kabar yang ditulis India Today mengatakan bahwa kedatangannya Asraf Ghani ditolak oleh pihak Tajikistan. Dia kini berada di Oman. Dan dari Oman tampaknya dia bermaksud akan pergi ke Amerika Serikat.

Dari kalangan Afghanistan sendiri, kepergian Ghani begitu saja disaat situasi genting di Kabul mendapat kecaman keras. Mantan menteri Pertahanan Afghanistan, Jenderal Bismillah Mohammadi, bersuara keras suara terhadap kaburnya dia pada Minggu (15/8). Tak hanya itu dia pun mengutuknya sebagai orang kaya sialan.

"Mereka mengikat tangan kami di belakang punggung kami dan menjual tanah air, Dia hanya orang kaya sialan dan gengnya," tulis Bismillah dikutip dari CNN.

Sementara Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, Abdullah Abdullah, menyebut Ghani sudah bukan lagi Presiden Afghanistan.

"Fakta bahwa mantan Presiden Afghanistan meninggalkan negara itu dan menempatkan orang-orang dan negara dalam situasi yang buruk. Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan orang-orang Afghanistan juga akan menghakiminya," kata Abdullah. Dia kemudan meminta seluruh masyarakat Afghanistan tetap tenang. Ia yakin Tuhan akan segera memberikan pertolongan.

"Dalam keadaan saat ini, satu-satunya hal yang saya katakan adalah bahwa Tuhan memberi kita kekuatan untuk menjaga perdamaian," ucap Abdullah.

Selain itu, Abdullah meminta pasukan pertahanan untuk bekerja sama menjaga keamanan. Sedangkan kepada pasukan Taliban, Abdullah ingin mereka membuka ruang negosiasi.

Akan tetapi, Dua pejabat Taliban menegaskan bahwa tidak ada ruang unuk negoisasi lagi. Mereka menyatakan bawa tidak akan ada pemerintahan transisi di Afghanistan. Taliban hanya ingin pemerintah segera menyerahkan kekuasaan kepada mereka secara penuh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement