Jumat 27 Aug 2021 21:12 WIB

KH Raden As'ad Syamsul Arifin Inspirasi Sang Perintis (I)

KH As'ad dipandang sebagai pembawa kemajuan bagi Pesantren Salafiah Syafiiyah.

Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Di Mekkah, dia belajar pada Madrasah Shalatiyah, yang di dalamnya banyak para murid dari Jawi (Melayu). Guru-gurunya merupakan alim ulama besar, baik dari Timur Tengah maupun Nusantara. Mi salnya, pakar tata bahasa dan sastra Arab Syekh Hasan al-Massaddan Sayid Hasan al-Yamani, serta pakar ilmu tauhid dan fikih Sayid Muhammad Amin al-Qutbi.

Ada pula Syekh Syarif as-Syinqithi dan Syekh Bakir asal Yogyakarta. Saat berusia 17 tahun, dia pulang kembali ke Tanah Air. Namun, sesampainya di kampung halaman dia terus melanjutkan pendidikan agama. Dia kemudian berguru antara lain kepada KH Mohammad Kholil Bangkalan dan KH Hasyim Asy'ari di Jombang.

Pada 1924, As'ad diperbolehkan mengajar pada pesantren yang diasuh ayahnya. Namun, dia tidak sekadar mengajar, melainkan juga menghadirkan inovasi di tataran kurikulum dan administrasi.

Saat itu, Pondok Pesantren Salafiah Syafiiyah telah memiliki ratusan orang santri. Untuk itu, perlu metode yang lebih efektif dan efisien agar mereka dapat menerima ilmu dengan lebih baik. As'ad kemudian menerapkan sistem madrasah, tetapi dengan mempertahankan cara mengajar yang tradisional.

Misalnya, santri tetap menjalankan sorogan, yakni cara belajar dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas tiga atau lima orang santri. Dengan cara ini, seorang kiai akan membaca dan menerjemahkan beberapa baris bacaan, kemudian para santri mengulangi penjelasan kiai tersebut.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement