Rabu 08 Sep 2021 11:13 WIB

Penjelasan Wathan yang Perlu Diketahui Traveler

Dalam kamus bahasa Arab, kata wathan sering diartikan sebagai negeri.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Esthi Maharani
(Ilustrasi) musafir melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain
Foto: tangkapan layar youtube
(Ilustrasi) musafir melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Ahmad Sarawat dalam bukunya Fiqih Safar menjelaskan, bahwa dalam kitab-kitab fiqih klasik, dikenal istilah wathan. Dalam kamus bahasa Arab, kata wathan sering diartikan sebagai negeri.

"Sehingga ada ungkapan, hubbul wathani minal iman, cinta negeri termasuk bagian dari iman," katanya.

Namun apabila wathan diterjemahkan menjadi negeri, apakah bisa diterapkan di Indonesia yang memiliki wilayah yang luas dengan tiga wilayah waktu yang berbeda? Apa masyarakat Indonesia tidak pernah menjadi musafir kecuali keluar negeri?  

Tentu jawabnya tidak demikian. Sebab penerjemahan kata wathan menjadi negeri Indonesia menjadi kurang relevan. Sebab di masa kenabian luasnya wathan tidak ada yang seluas NKRI. Maka yang lebih logis itu menerjemahkan makna wathan itu harus dilihat bagaimana contoh penerapannya di masa Rasulullah SAW langsung atau keadaan di Madinah di masa kenabian.

"Semua itu tentu biar lebih sejalan dengan maqashid dan teknis syariat aslinya," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement