IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI (Puskes Haji) menggelar Training Of Trainer (TOT) Manasik Kesehatan Haji di Ciloto, Puncak Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9). Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari internal Pusat Kesehatan Haji dan Balai Besar Pelatihan Kesehatan.
Koordinator Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan dan Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Pusat Kesehatan Haji, Indro Murwoko mengatakan, kegiatan TOT ini merupakan kegiatan terstruktur untuk membentuk trainer manasik kesehatan haji.
"Para trainer ini yang nantinya akan terus digulirkan sehingga seluruh tenaga kesehatan memiliki pandangan yang sama tentang berbagai aspek kesehatan yang harus menjadi kesadaran dan pemahaman calon jemaah haji, sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan tetap sehat," kata Indro saat dihubungi, Republika, Senin(13/9).
Indro Murwoko mengatakan, TOT ini tahap pertama ini merupakan TOT tingkat nasional. Pesertanya diambil dari Puskeshaji dan Balai besar/pelatihan kesehatan. Selanjutnya akan menyertakan dinas kesehatan seluruh provinsi.
"Untuk saat ini pesertanya sebanyak 30 orang sesuai kaidah kediklatan," katanya.
Indro memastikan, meski kegiatan TOT ini digelar secara offline, panitia dan pesertanya tetap patuh terhadap protokol kesehatan. Hal itu demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
"Dan dalam pelaksanaannya tetap mengikuti protokol kesehatan," katanya.
Indro Murwoko mengatakan, nantinya peserta TOT pertama sebanyak 30 orang itu akan menjadi trainer petugas kesehatan di Provinsi, Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia.
"Ya untuk tahap berikutnya akan menjadi trainer pelatihan gelombang 2 Dinkes provinsi, serta Kab Kota dan secara struktural nanti dari kab kota akan dilaksanakan oleh trainer-trainer dinkes provinsi," katanya.
Dihubungi terpisah Kepala Pusat Kesehatan Haji Budi Sylvana berharap peserta dapat mengikuti TOT dengan baik sehingga peserta nantinya dapat menjadi trainer-trainer handal dalam mensosialiasikan program kerja Manasik Kesehatan Haji.
Budi mengatakan, manasik kesehatan haji merupakan program kerjanya sebagai khtiar menyelesaikan persoalan kesehatan haji dari hulu terutama terkait dengan kesakitan dan kematian jamaah haji di Arab Saudi. Menurutnya, berdasarkan catatan operasional haji tahun 1440H/2019M angka kesakitan dan kematian jemaah haji masih tinggi.
"Ada sekitar 453 jemaah haji meninggal dan 6.094 sakit. Maka dari itu Mkesh menjadi sangat penting disosialisasikan sebagai upaya mengurangi faktor resiko kesakitan dan kematian di Arab Saudi," katanya.
Meski demikian kematian dan kesakitan tidak hanya diukur dari faktor kesehatan saja ada faktor lain yang menjadi penyebab jamaah haji sakit dan sampai meninggal dunia. Menurutnya, faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan melalui program Mkesh yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM).
Budi menuturkan, terstruktur artinya manasik kesehatan haji melibatkan perangkat otonomi daerah, sistematis artinya manasik kesehatan haji bay siste. Dan masif semua pihak terlibat sosialisasikan manasik sebagai tools menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi jamaah haji dari hulunya.