Selasa 14 Sep 2021 15:00 WIB

Muslim di Toronto Berbagi Makanan Kenang Penjaga Masjid

Gerakan berbagi makanan untuk mengenang penjaga masjid yang jadi korban pembunuhan

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Lokasi penikaman yang menewaskan seorang pengurus Masjid IMO di Rexdale Boulevard, Toronto, Kanada.
Foto: CTV News Toronto
Lokasi penikaman yang menewaskan seorang pengurus Masjid IMO di Rexdale Boulevard, Toronto, Kanada.

IHRAM.CO.ID, TORONTO -- Umat Muslim percaya bahwa memberikan makanan gratis kepada sesama adalah tindakan yang sangat bermanfaat. Hal demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Quraish ayat 3-4.

Atas dasar hal itulah, para anggota sebuah masjid di Toronto, Kanada, mengadakan sebuah gerakan berbagi makanan dalam rangka mengenang penjaga masjid yang menjadi korban pembunuhan. Gerakan berbagi makanan itu digelar pada peringatan pertama pembunuhan Mohamed-Aslim Zafis.

Beberapa bulan dan pekan sebelum kematiannya, Zafis yang berusia 58 tahun saat itu membantu mereka yang membutuhkan dengan membagikan makanan selama pandemi Covid-19.

"Hari ini, kami di sini untuk berbicara tentang warisan dan itu adalah warisan yang harus kita jalani. Dia adalah pria yang bersikeras membawa kebaikan bagi orang lain," kata CEO Dewan Nasional Muslim Kanada, Mustafa Farooq, pada konferensi pers Ahad (12/9), dilansir di laman About Islam, Selasa (14/9).

CBC melaporkan, insiden pembunuhan itu terjadi ketika Zafis tengah duduk di luar pintu depan, mengawasi akses ke gedung masjid agar mematuhi langkah-langkah kesehatan masyarakat di tengah pandemi. Pada peristiwa yang terjadi pada 12 September 2020 itu, tersangka mendekati dan menikam Zafis sekali.

"Saya pribadi tidak akan pernah melupakan sirine yang berkedip, kebingungan, teror kekerasan yang begitu dekat dengan rumah, kehilangan seorang pria yang baru saya kenal. Hari ini, kami di sini karena kami tidak akan membiarkan kebencian menang," kata Farooq.

Pada kesempatan itu, Farooq mengajak semua penduduk Greater Toronto Area untuk menghormati kehidupan Zafis dengan menyumbangkan makanan pada Ahad dan Senin. Makanan itu akan digunakan untuk memberi makan orang-orang di seluruh Kanada.

"Hal itu berarti melakukan apa yang dia lakukan ketika dia terbunuh untuk mencoba membuat kehidupan orang lain lebih baik," tambahnya.

Putri Zafis, Bebi Zafis, mengungkapkan dia merindukan sosok sang ayah setiap hari. Baginya, sosok sang ayah sangat dirindukan oleh semua orang yang ada untuknya, mencintainya dan memperhatikannya.

"Dia adalah ayah yang selalu saya miliki dan saya tidak akan pernah memilikinya lagi," ujarnya.

Ia mengatakan, pembunuhan itu telah membuatnya trauma, takut pergi ke masjid atau bahkan mengenakan jilbab. Ia selalu merasa dirinya akan menjadi target berikutnya.

"Saya takut ke masjid, memakai jilbab, pergi ke sana. Saya bukan korban berikutnya, tetapi kadang-kadang saya merasa seperti itu. Saya hanya ingin kejahatan kebencian dihentikan," ungkap Bebi Zafis.

Komunitas Muslim telah menghadapi kekhawatiran yang meningkat tentang serangan Islamofobia di provinsi-provinsi di seluruh Kanada. Seruan kepada pihak berwenang pun meluas untuk mengatasi rasisme, kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian, dan prevalensi kelompok sayap kanan.

Sebelumnya pada Juni lalu, seorang pria Muslim dari Saskatoon ditikam dari belakang beberapa kali serta jenggotnya dipotong ketika dia pergi jalan-jalan pagi. Kejahatan kebencian lainnya terhadap sebuah keluarga Muslim di London, Ontario, pada Juni menyebabkan enam anggota dari satu keluarga tewas.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebut pembunuhan itu sebagai 'serangan teroris' dan berjanji untuk menekan kelompok sayap kanan dan kebencian yang disebar melalui daring.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement