Jumat 17 Sep 2021 04:00 WIB

Kisah Muslimah AS Hadapi Serangan Islamofobia

Dimaki dan dilecehkan menjadi hal yang biasa dialami muslimah AS.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslimah Amerika/ilustrasi
Foto:

Itu masih belum apa-apa. Sebab saat duduk di bangku kuliah, Nargis menghadapi bagaimana rasanya menjadi seorang Muslim AS yang menghadapi Islamofobia, pengawasan, dan pelecehan.

 "Saya mengubah cara saya bertindak dan berbicara. Saya membuat poin untuk berbicara lebih banyak kepada orang-orang dan memperkenalkan diri, untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar saya. Saya terus-menerus ditanya, atau merasa terdorong untuk menjelaskan, tentang Islam," jelas Nargis.

"Sebagai seorang wanita Muslim saya harus menjadi panutan yang baik untuk diri saya sendiri, juga bagi orang asing yang bisa salah menilai saya atau agama saya berdasarkan apa yang mereka lihat atau baca di berita."

Setelah kuliah, Nargis bekerja di CAIR Michigan, sebuah kelompok yang mengadvokasi Muslim Amerika. Di sana dia belajar lebih banyak tentang pengawasan FBI terhadap komunitas Muslim Amerika yang ditempatkan dalam daftar pantauan tanpa proses hukum. Termasuk diinterogasi ketika mereka mencoba masuk kembali ke negara itu, dan anak-anak sekolah disebut nama rasis oleh guru, siswa, dan administrator.

Nargis merasa sedih melihat stereotip negatif orang Arab, Muslim, dan komunitas minoritas di media. "Banyak dari kita tidak siap untuk memberikan kontra-narasi terhadap narasi tentang Muslim atau belum pernah mendengar tentang al-Qaida. Sekarang, kami diminta untuk menjelaskan tindakan teroris, sambil membuktikan bahwa kami patriotik," ungkapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement