Ia kemudian diberi kepercayaan untuk memimpin cabang organisasi tersebut di Kalimantan Selatan—daerah tempatnya tinggal sejak sang suami hijrah ke sana. Dengan jabatannya itu, Asmah mendapat hak untuk membentuk beberapa ranting keorganisasian di wilayah setempat.
Dua tahun kemudian, NU menggelar muktamar di Surabaya, Jawa Timur. Kesempatan ini juga sekaligus menjadi ke sempatan bagi Muslimat NU untuk menyelenggarakan kongres.
Asmah turut hadir dalam ajang ini sehingga namanya mulai dikenal banyak kalangan. Bukan hanya dari wilayahnya sendiri di Kalimantan, melainkan juga Jawa dan lain-lain daerah.
Topik utama yang dibahas dalam Muktamar NU itu adalah persiapan pemilihan umum (pemilu) yang akan dilaksanakan pada 1955. Asmah terpilih sebagai anggota panitia penyusunan calon anggota Konstituante dan DPR yang hendak maju dalam pemilu mendatang.
Asmah pun segera menjadi perbincangan publik, khususnya di lingkungan Nahdliyin. Sebab, saat itu sangat jarang seorang perempuan bisa tampil di panggung politik. Pada 1956, Asmah resmi menjadi anggota DPR. Dia dan keluarga pun berpindah ke Jakarta.