Selasa 21 Sep 2021 22:23 WIB

KH Muhammad Nawawi Riwayat Pejuang dari Mojokerto (II)

Kiai Nawawi tidak hanya mengajar ilmu-ilmu agama tetapi semangat patriotisme.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Santri tempo dulu tengah mengaji.
Foto:

Belanda pergi, datanglah Jepang. Pada masa pendudukan Dai Nippon, muncul pembatasan terhadap segenap kegiatan organisasi politik maupun organisasi kemasyarakatan di Indonesia. Kendati demikian, Kiai Nawawi tetap menghidupkan kegiatan-kegiatan ke-NU-an dengan memakai nama "Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Meski secara keorganisasian NU tidak diperbolehkan muncul di ruang publik, dakwah keagamaannya tetap berjalan seperti biasa. Pengajaran patriotisme hubbul wathon minal iman cinta Tanah Air adalah sebagian dari imanjuga selalu didakwahkan oleh Kiai Nawawi demi menggerakan semangat juang rakyat Indonesia untuk ikut mempersiapkan diri berperang melawan penjajah. 

Setelah Laskar Hizbullah didirikan pada Oktober 1944, mobilisasi pemuda untuk pertahanan rakyat di Mojokerto diprakarsai oleh Kiai Ahyat Halimy, Mansur Solikhi, Munasir, Manadi, Mustakim dan Abdul Halim. Kesem patan ini juga dimanfaatkan Kiai Nawawi mengkader anak-anak muda ten tang pendidikan bela agama dan bela negara.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, ancam an terhadap Republik Indonesia mulai muncul. Tentara Belanda kembali hadir dengan membonceng kedatangan tentara Inggris ke Indonesia.

Saat itu, ancaman terhadap keutuhan Republik Indonesia yang baru merdeka mulai terasa di Surabaya hingga meledak menjadi perang besar 10 November 1945 yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement