IHRAM.CO.ID, NEW DELHI – Sampai sembilan bulan yang lalu, Sushma Uniyal dan Sultana Ali adalah orang asing yang tidak saling kenal. Mereka tinggal di Dehradun, ibu kota negara bagian Uttarakhand di Himalaya utara sebagai ibu rumah tangga dari keluarga Hindu dan Muslim kelas menengah.
Kedua wanita itu memiliki satu masalah mendesak, yakni menemukan pendonor untuk suami mereka, yaitu Vikas Uniyal (51 tahun) dan Ashraf Ali (52 tahun) yang telah menderita gagal ginjal sejak 2019. Kedua keluarga telah mengajukan aplikasi terpisah untuk donor tetapi tidak ada yang cocok. Sushma dan Sultana tidak bisa mendonorkan ginjal kepada suami mereka karena masalah ketidakcocokan.
Masalah ini tidak menemukan titik terang sampai suatu hari di bulan Januari tahun ini, mereka menerima telepon dari Ahli Nefrologi Vikas dan Ashraf, Dr. Shahbaz Ahmed. “Saya memeriksa dokumen mereka dan menyadari golongan darah Sultana A cocok dengan Vikas dan Sushma dengan Ashraf B. Saya segera menghubungi pihak keluarga,” kata Ahmed yang merupakan spesialis ginjal terkenal di rumah sakit Himalaya di Dehradun.
Dia mengusulkan agar Sushma dan Sultana saling mendonorkan ginjal mereka kepada Ashraf dan Vikas. Supaya rencana tersebut berhasil, Ahmed harus memastikan apakah mereka bersedia mengesampingkan perbedaan agama untuk transplantasi ginjal.
India yang mayoritas penduduk beragama Hindu dan dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, telah lama memiliki sejarah ketegangan agama dengan Muslim. Modi sering dituduh memimpin lonjakan polarisasi di seluruh negeri dengan memperkenalkan undang-undang yang dianggap diskriminatif bagi non-Hindu, terutama Muslim sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014.
“Saya memperkenalkan keluarga satu sama lain pada bulan Januari dan mereka menyetujui rencana tersebut. Setelah melakukan beberapa tes, saya menemukan organ mereka dapat ditukar dan akan menjadi transplantasi yang baik. Begitulah awalnya,” ujar dia.
Beberapa bulan kemudian, Ahmed menetapkan tanggal untuk pertukaran organ tetapi prosesnya tertunda karena lonjakan pandemi Covid-19. Akhirnya, pada tanggal 4 September dalam operasi yang memakan waktu 10 jam, kedua keluarga menjalin ikatan melalui pertukaran ginjal.
Di bawah Transplantasi Organ Manusia India Act 2011, pertukaran organ diperbolehkan jika kerabat dekat secara medis tidak sesuai dengan penerima. Undang-undang mengizinkan orang selain kerabat darah untuk mendonorkan organ mereka kepada penerima yang sesuai secara medis.
Dilansir Arab News, Selasa (28/9), Vikas dan Ashraf tetap di rumah sakit selama tiga hari setelah operasi dan memulihkan diri di rumah, tepat waktu untuk pemeriksaan bulanan mereka dengan Ahmed. Beberapa pekan setelah operasi, kedua keluarga terus berhubungan dan berbagi perasaan dan pemikiran tentang bagaimana pertukaran organ telah memberi mereka jalan hidup.
“Saya sangat senang operasi ini telah memberi Vikas kesempatan hidup baru. Tiga tahun terakhir sangat menyakitkan dan kami khawatir tentang masa depan kami jika sesuatu terjadi pada Vikas,” kata Sushma.
Sejak didiagnosa gagal ginjal tiga tahun lalu, guru Vikas mengatakan dia telah berjuang melawan rasa takut, rasa sakit, dan kerugian finansial untuk memperpanjang hidupnya dengan hemodialisis biasa, proses di mana ginjal buatan atau dialyzer menyaring darah dari tubuh.
Di sisi lain kota Dehradun, Ashraf juga menghadapi trauma serupa. “Itu adalah rasa sakit yang tak tertahankan bagi saya dan keluarga saya. Saya berterima kasih kepada Tuhan untuk kesempatan ini,” ujar Ashraf. Ahmed mengaku senang karena melalui operasi itu, dia bisa mengirim pesan yang baik kepada masyarakat. Sushma percaya perpecahan Hindu-Muslim adalah masalah pola pikir.
“Pada kenyataannya, kita semua sama. Kita semua saling membutuhkan untuk melayani masyarakat. Mereka yang mempraktekkan dan mempromosikan kebencian agama tidak melakukan pelayanan bagi kemanusiaan,” ucap Sushma.