IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- KH Mandhur merupakan salah satu ulama yang hadir dalam musyawarah pembentukan Barisan Muslimin Temanggung atau Barisan Bambu Runcing. Rapat ini dihadiri para kiai sedaerah Temanggung pada 30 Oktober 1945.
Dalam perkumpulan musyawarah tersebut, para alim ulama yang dituakan diminta untuk melakukan penyepuhan senjata para laskar. Harapannya, itu akan berdampak positif bagi perjuangan mereka dalam melawan penjajah NICA. Dengan adanya perkumpulan kiai tersebut, terbentuklah Barisan Bambu Runcing di Parakan.
Dalam musyawarah ini, KH Mandhur ditunjuk sebagai pemimpin. Namun, ia menyadari bahwa di dalam forum tersebut ada yang lebih sepuh darinya. Ia pun sempat merasa kurang berhak atas kepemimpinan tersebut.
Karena itu, kepemimpinan atas Barisan Bambu Runcing disarankannya untuk KH Subkhi. Pada waktu itu, umur dai kelahiran Parakan Kauman itu memang paling sepuh. Akhirnya disepakati, KH Subkhi-lah yang memimpin Barisan Muslimin Temanggung.
Walaupun secara tertulis tidak mendapatkan tugas dalam penyepuhan bambu runcing, KH Mandhur tetap berperan dalam menyumbangkan doa-doa kepada para laskar. Bacaan munajat itu digunakan untuk menyepuh senjata bambu runcing. Sang kiai bahkan termasuk yang paling banyak dalam memberikan doa-doa untuk keperluan itu.