IHRAM.CO.ID, KUWAIT -- Pemerintah Kuwait mendesak warganya yang ada di Lebanon untuk pergi meninggalkan Lebanon. Sementara bagi warganya yang memiliki rencana perjalanan ke sana, pemerintah meminta untuk menunda perjalanan.
Keputusan itu diambil setelah penembakan mematikan terjadi di ibu kota Beirut pada Kamis (14/10). Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita resmi Kuwait KUNA, Kedutaan Besar Kuwait di Beirut mendesak warganya di Lebanon untuk berhati-hati, menghindari daerah yang menyaksikan gangguan keamanan, dan tetap di tempat tinggal mereka.
Pada Kamis pagi, segerombolan orang bersenjata tak dikenal melepaskan tembakannya ke arah protes oleh para pendukung kelompok Hizbullah dan Gerakan Amal dekat Istana Kehakiman di Beirut. Insiden tersebut menyebabkan sedikitnya enam orang tewas dan 32 lainnya luka.
Dilansir Middle East Monitor, Jumat (15/10), protes diadakan untuk menuntut pencopotan hakim yang memimpin penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut pada tahun lalu, Tarek Bitar karena pengadilan menolak pengaduan terhadapnya dan mengizinkannya untuk melanjutkan penyelidikan. Menanggapi aksi kekerasan, baik Hizbullah dan Amal dalam pernyataan bersama menuduh sebuah kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan partai Pasukan Lebanon yang dipimpin oleh Samir Geagea adalah dalang di balik serangan itu.
Sementara itu, Militer Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan, para pengunjuk rasa diserang saat menuju Istana Kehakiman.
Sebelumnya, ledakan pelabuhan Beirut pada Agustus 2020 menewaskan lebih dari 200 orang, melukai sekitar 6.000, dan menyebabkan sekitar 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal selain menyebabkan kerusakan besar dan semakin melemahkan ekonomi Lebanon yang sudah rapuh.