Mendengar sikap tegas Rasul, menangislah ibu itu sambil meronta-ronta. "Wahai Rasulullah, maafkan saya ya Rasul, jangan bakar anak saya, saya mohon jangan ya Rasul. Saya sudah memaafkan al-Qamah, saya sudah maafkan dia,' kata Ibu.'

Kata maaf dari lidah ibu itu amat spontan, saat itu juga lidah al-Qamah lentur. Selesai ia menuturkan kalimat tauhid, terberitalah ia telah meninggalkan dunia. Nyaris ia termasuk ke dalam golongan umat yang disabdakan Rasul, yang artinya: "Tidak seorang hamba pun yang dianugerahi rezeki oleh Allah SWT kemudian dia tidak menunaikan hak kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah menghapuskan amal baiknya dan menyiksanya dengan siksa yang pedih." 

Peristiwa al-Qamah ini berbanding terbalik dengan yang terjadi dengan Uwais al-Qorni. 

Warga Yaman itu merupakan seorang yang fakir dan yatim yang hidup bersama ibundanya sejak kecil yang mengalami kelumpuhan dan buta. Meski dalam kondisi sulit, Uwais al-Qarni dikenal sebagai seorang yang taat beribadah dan sangat patuh pada ibunya. 

Dikisahkan, Uwais selalu sedih setiap melihat tetangganya yang sering bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah SAW.  Karena kecintaan kepada Nabi, ketika mendengar kabar bahwa gigi beliau patah karena dilempari batu oleh kaum Thaif, segera Uwais ikut mematahkan giginya sendiri dengan batu. 

Ikuti Whatsapp Channel Republika